Liputan6.com, Jakarta - Berbagai negara di Eropa dan Asia mulai menyetop pendatang dari Inggris akibat mutasi COVID-19. Penularan mutasi itu disebut lebih tinggi. Lantas bagaimana kebijakan Indonesia yang disampaikan melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu)?
Kemlu menjelaskan bahwa pihaknya tidak bisa secara sepihak memutuskan pelarangan. Kebijakan ditentukan juga oleh imigrasi.
Baca Juga
Advertisement
"Hal ini tidak bisa diputuskan hanya oleh Kemlu namun perlu pembahasan dan kesepakatan lintas. Saya tidak ikut dalam proses ini sehingga tidak bisa mengomentari," ujar (plt.) juru bicara Kemlu Teuku Faizasyah kepada Liputan6.com, Rabu (23/12/2020). Saat ini, Liputan6.com masih berusaha mencari keterangan dari Direktorat Jenderal Imigrasi.
Jubir yang karib disapa Faiza itu menyebut bahwa Indonesia melarang masuknya WNA dari luar negeri. Namun, situs konsuler KBRI London di Inggris masih menyediakan layanan visa ke Indonesia.
Layanan visa exemption sedang dihentikan. Bagi warga Inggris yang mau masuk ke Indonesia harus memperoleh visa yang sesuai dan ikut tes PCR yang berlaku selama tujuh hari.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini;
Ada Mutasi Virus Corona COVID-19, WHO: Belum Ada yang Berdampak Signifikan ke Vaksin
World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa sejauh ini belum ada satupun dari mutasi virus corona penyebab COVID-19 yang telah dilaporkan berpengaruhi pada terapi, obat-obatan, atau vaksin yang sedang dikembangkan.
Hal ini disampaikan oleh WHO dalam konferensi pers mereka pada Senin waktu Jenewa, Swiss, saat menanggapi isu strain baru virus corona yang ditemukan di Inggris.
Chief Scientist WHO Soumya Swaminathan mengatakan, virus SARS-CoV-2 bermutasi pada tingkat yang jauh lebih lambat ketimbang virus influenza.
Dia mengungkapkan bahwa virus flu mengharuskan peninjauan strain vaksin dan revisi tiap tahun, yang berdasarkan strain beredar tahun tersebut.
"Sejauh ini, meskipun kita telah melihat sejumlah perubahan, sejumlah mutasi, tidak ada yang berdampak signifikan baik pada kerentanan virus terhadap terapi, obat-obatan, atau vaksin yang sedang dikembangkan," kata Swaminathan dikutip dari Xinhua pada Selasa 22 Desember 2020.
Advertisement
Cegah Potensi Mutasi dengan Cegah Penularannya
Swaminathan juga menekankan bahwa yang terpenting adalah terus memantau apa yang terjadi pada virus corona tersebut, dengan berfokus pada menurunkan penularannya, dan membuatnya serendah mungkin.
Dia menambahkan, semakin banyak virus yang bersirkulasi, semakin besar kemungkinan mutasi, dan semakin banyak varian yang mungkin muncul.
"Intinya di sini adalah menjaga penularan virus tetap rendah dan menjaga sirkulasi tetap rendah. Jangan biarkan itu lepas kendali. dan menyebar ke populasi. Dengan begitu, kita bisa menekan mutasi," ujarnya.
Hal serupa juga ditegaskan oleh Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. Dia mengatakan bahwa virus memang bermutasi seiring berjalannya waktu, sehingga temuan-temuan tersebut adalah sesuatu yang natural dan dapat diperkirakan.
"Intinya adalah kita perlu menekan penularan semua virus SARS-CoV-2 secepat mungkin. Semakin banyak kita membiarkannya menyebar, semakin banyak kesempatan untuk mengubahnya," pungkas Tedros.
Infografis COVID-19:
Advertisement