Wisma Atlet Tak Lagi Terima Pasien Covid-19? Ini Penjelasan Koordinator RS Darurat

Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat dikabarkan tidak lagi menerima pasien Covid-19 tanpa gejala.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Des 2020, 20:44 WIB
Koordinator RSD Wisma Atlet, Mayjen TNI Tugas Ratmono. (dok Satgas Covid-19)

Liputan6.com, Jakarta - Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat dikabarkan tidak lagi menerima pasien Covid-19 tanpa gejala. Koordinator RSD Wisma Atlet, Mayjen TNI Tugas Ratmono membenarkan pihaknya memutuskan untuk menyetop sementara layanan pasien OTG.

Menurut dia, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di Tower 5 di RSD Wisma Atlet sudah hampir 70 persen. Angka tersebut melebihi aturan WHO yang hanya memperbolehkan BOR sampai 60 persen.

Sementara itu, Tower 4, 6, dan 7 rata-rata sudah terisi 75 persen.

Selain itu, kebijakan tersebut dilakukan agar tenaga kesehatan bisa tetap memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien OTG.

"Saat ini Tower 5 kapasitasnya 69,87 persen, jadi ini masih ada 400 bed lebih yang bisa menampung. Ini kita terus pantau dengan tower 8, sehingga tower OTG ini betul-betul optimal dalam memberikan pelayanan kepada pasien," ujar Tugas Ratmono dalam talkshow di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Rabu (23/12/2020).

Menurut dia, tower 8 dan 9 yang berada di Wisma Atlet Pademangan, Jakarta Utara telah dijadikan tempat isolasi khusus bagi pasien tanpa gejala. Jika Tower 4-7 Wisma Atlet Kemayoran penuh, pasien akan dialihkan ke Wisma Atlet Pademangan. Demikian pula sebaliknya.

"Kemarin dalam suatu rapat sudah ditentukan, nantinya kita fokuskan OTG di tower 8 dan 9 Pademangan, yang bergejala di RSD Wisma Atlet tower 4, 5, 6, 7. Langkah itu akan dilakukan kalau keterisian di atas 80 persen," kata Tugas Ratmono.

"Kita bergantian dengan tower 8 yang di Pademangan. Kalau tower 8 sudah meningkat maka disetop (menerima pasien), kemudian kami mengisi lagi (di tower 5). Nah kalau meningkat lagi di tower 5, kita setop. Masuk ke tower 8," lanjut dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Tenaga Medis Kelelahan

Tim Sterilisasi dengan kendaraan mengangkut sepatu tenaga kesehatan untuk dicuci di RSD Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Dalam sehari Tim Sterilisasi mampu mencuci hingga 300 pasang sepatu yang telah digunakan tenaga kesehatan yang bertugas menangani pasien Covid-19. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Menurut Tugas, para tenaga kesehatan di Wisma Atlet bisa mengalami kelelahan dan stres jika merawat terlalu banyak pasien Covid-19.

"Karena dengan meningkatnya pasien sampai 80 persen, pasti akan memberikan volume pekerjaan yang tinggi, kelelahan, dan stres yang sangat tinggi," ujar Tugas.

Dia mengaku khawatir dengan tenaga kesehatan di Indonesia bila keterisian Wisma Atlet betul-betul mencapai 80 persen atau lebih.

Untuk itu, dia berharap masyarakat Indonesia tetap melindungi diri agar tidak tertular Covid-19. Sebab, sambung dia, garda terdepan dalam melawan virus Corona adalah masyarakat, bukanlah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan garda terakhir.

"Jumlah (pasien) yang masuk tidak proporsional dengan jumlah tenaga kesehatan, nanti akan kewalahan. Kami di jajaran fasilitas kesehatan telah meningkatkan kualitas, namun ini (jumlah pasien) tetap ada batasnya," ujar Tugas.

"Mari bersama-sama memahami bahwa masyarakat garda terdepan, jangan sampai tertular Covid-19," tutup dia. 

 

Reporter: Rifa Yusya Adilah

Sumber: Merdeka

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya