Parlemen Rumania Sahkan Eks Bankir Jadi PM Baru

Sekitar 260 dari 465 anggota parlemen Rumania, dalam dua majelis, pada Rabu (23/12) setuju dengan pemerintahan baru, sementara 186 lainnya menentang.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Des 2020, 08:01 WIB
Calon kuat Perdana Menteri Romania Florin Citu (kiri) berjalan berdampingan dengan Presiden Romania Klaus Iohannis sebelum pengumuman pencalonannya di Buchares, Romania, Selasa, 22 Desember 2020 (AP)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan liberal yang baru dan perdana menteri disetujui oleh parlemen Rumania pada Rabu, 23 Desember 2020.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (24/12/2020), langkah itu mencegah kekuasan partai populis berhaluan kiri yang telah memenangkan suara terbanyak dalam pemilihan parlemen Rumania awal bulan ini.

Sekitar 260 dari 465 anggota parlemen Rumania, dalam dua majelis, pada Rabu 23 Desember setuju dengan pemerintahan baru, sementara 186 lainnya menentang.

Mantan bankir investasi dan menteri keuangan Florin Citu menjadi perdana menteri baru, ketika Rumania sedang berjuang melawan pandemi Virus Corona dan krisis ekonomi.

"Saya ingin meyakinkan Anda bahwa saya tidak akan mengkhianati kepercayaan Anda," ujar Citu pada parlemen Rumania.

"Kita akan melakukan apapun yang dapat kita lakukan untuk mencapai dua tujuan: mengatasi krisis kesehatan ini sesegera mungkin dan memulihkan perekonomian."

 

Saksikan Video Berikut Ini:


Sempat Menjadi Ekonom

Pengunjuk rasa berkumpul di pusat Bucharest sambil melambai-lambaikan bendera, Rumania, Minggu (5/2). Mereka bersorak mendengar pengumuman yang dikeluarkan setelah unjuk rasa selama hampir 1 minggu. (AP Photo)

Sebelum terjun ke dunia politik pada 2016, Citu pernah menjadi ekonom untuk Bank Sentral Selandia Baru dan Bank Investasi Eropa.

Ia berasal dari Partai Liberal Nasional (NLP) yang pemimpinnya dan mantan perdana menteri Ludovic Orban mengundurkan diri menjelang pemilu parlemen 6 Desember lalu.

Citu didukung oleh tiga partai lainnya, membuatnya menguasai mayoritas parlemen dua kamar Rumania.

Partai Demokratik Sosialis (PSD) yang beroposisi memenangkan suara terbanyak dalam pemilu parlemen itu, yaitu sekitar 30 persen.

Namun, PSD tidak mendapat dukungan dari lebih separuh anggota parlemen di majelis itu untuk dapat membentuk sebuah pemerintahan.

PSD, yang berkuasa sebelum pemerintah saat ini, telah menghadapi tuduhan populisme dan korupsi yang memicu demonstrasi jalanan selama beberapa bulan, sebelum NLP mengambil alih pemerintah satu tahun lalu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya