Liputan6.com, Purbalingga - RSUD Margono Sukarjo Banyumas sebagai penyedia layanan uji laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR) membatasi sampel swab dari beberapa daerah, satu di antaranya Purbalingga. Di Purbalingga, pembatasan ini membuat sampel swab menumpuk di ruang penyimpanan.
Dinas Kesehatan Purbalingga (Dinkes) mendapat kuota 100 sampel untuk diuji di laboratorium Rumah Sakit Margono. Sementara rumah sakit di Purbalingga mendapat jatah 100 sampel. Artinya, Purbalingga hanya bisa mengirim 200 sampel ke laboratorium RS Margono sebagaimana diamanatkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Sementara Dinkes Purbalingga melakukan 200 hingga 250 pengambilan sampel swab per hari. Dengan sampel sebanyak itu, hingga hari ini ada penumpukan 500-an sampel di ruang penyimpanan.
Baca Juga
Advertisement
“Dengan pengiriman yang terbatas ini, otomatis sampel di Dinkes sudah menumpuk, dan kami khawatirkan tempat penyimpanan sampel tidak mencukupi,” kata Kepala Dinas Kesehatan Purbalingga, Drg Hanung Wikantono pada rapat penanganan Covid-19 dalam menghadapi libur Natal dan Tahun Baru di ruang Sekda Purbalingga, Rabu (23/12/2020) sore.
Jatah pengiriman 100 sampel untuk Dinkes dinilai terlalu sedikit. Sebab, selain sampel dari Dinkes juga ada kiriman sampel dari 22 puskesmas di seluruh Purbalingga. Sampel dari Dinkes antara lain bersumber dari tracing dan testing terhadap pasien dan pemohon tes swab.
“Hasil tes lab PCR bisa kami dapatkan setelah 5-7 hari setelah sampel dikirim," ujar dia. Di sisi lain, masyarakat menginginkan hasilnya cepat diketahui. Ini menjadi kendala bagi Dinkes yang juga menginginkan hasil cepat keluar agar pasien bisa segera tertangani jika hasilnya menunjukkan positif Covid-19.
Untuk mengatasi kendala itu, Hanung berencana melakukan rapid test antigen terhadap pasien Covid-19 dan hasil tracing kontak erat. Dengan rapid tes antigen, hasil bisa segera diketahui dan akurasinya tak terlalu jauh dari tes PCR.
“Kami masih mempertimbangkan mengadakan rapid test antigen agar hasilnya bisa segera diketahui, jadi masyarakat yang telah diambil sampelnya bisa langsung tahu dan mengambil langkah isolasi jika hasilnya reaktif,” kata Hanung.
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Tracing Covid-19 di 4 Kabupaten
Kapasitas periksa RT-PCR di RSUD Margono bisa mencapai 1.500-an dalam sehari. Dengan kapasitas sebesar itupun, masih terjadi penumpukan spesimen di RSUD Margono. Penumpukkan spesimen antara lain karena aktifnya tracing yang dilakukan oleh Dinkes kabupaten.
"Saat ini lab biomolekuker RSUD Margono menerima spesimen dari Kabupaten Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga, dan Wonosobo," kata Direktur RSUD Margono, Tri Kuncoro.
Laboratorium di RSUD Margono tidak hanya digunakan untuk pemeriksaan spesimen dari hasil tracing, tetapi juga untuk memeriksa spesimen penegakan diagnosis dan evaluasi pada pasien dari sejumlah rumah sakit di beberapa daerah.
Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mengkhawatirkan risiko masa tunggu untuk mengetahui hasil tes PCR terhadap penyebaran Covid-19.
Selama menunggu hasil uji laboratorium, pasien memang diminta mengisolasi diri. Namun hal ini berisiko menyebar jika pasien ternyata berbaur dengan orang lain. Sehingga semakin lama masa tunggu, semakin besar risiko penyebaran virus corona.
“Bisa saja yang sudah diambil sampel swab-nya jalan-jalan dan melakukan kontak dengan orang lain. Jika nantinya dia hasilnya negatif, tidak masalah, tetapi jika hasilnya positif, ini tentu yang semakin menambah banyak kasus Covid di Purbalingga,” ujar Tiwi.
Tiwi menyetujui rencana Dinkes dan Puskesmas yang akan memanfaatkan rapid test antigen guna mempercepat hasil dari sampel yang diambil. Apalagi menjelang libur natal dan tahun baru nanti, diperkirakan akan banyak pendatang dari luar daerah.
"Kami juga meminta, pendatang dan wisatawan yang masuk ke Purbalingga juga harus menjalani rapid test antigen. Ini semata-mata untuk mencegah penyebaran Covid-19,” katanya.
Advertisement