Kenapa Manusia Lebih Mudah Terserang Influenza Saat Cuaca Dingin?

Bukan cuaca dingin yang membuat orang terkena flu. Namun kondisi ini sangat disukai virus.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 28 Des 2020, 09:00 WIB
ilustrasi flu di musim hujan. Photo by Erik Mclean on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta Pernahkah terlintas di pikiran Anda, kenapa saat kita menggunakan sweater atau jaket di cuaca dingin tidak akan menghentikan datangnya influenza

Dokter pengobatan keluarga di Providence Saint John's Health Center di Santa Monica, California, David Cutler, MD, menjawab hal tersebut. Menurutnya, bukan cuaca dingin yang membuat orang terkena flu. Namun kondisi ini sangat disukai virus.

Penyakit pernapasan misalnya, disebabkan oleh virus. Penyakit ini menyebar melalui tetesan kuman yang dikeluarkan orang sakit saat mereka batuk, bersin, dan berbicara. Menurut Mayo Clinic, Anda juga bisa sakit dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus (seperti tangan seseorang atau gagang pintu).

Direktur medis nasional untuk Marathon Health, penyedia layanan kesehatan berbasis perusahaan, Michael Huang, MD, mengatakan, "Tidak ada keraguan bahwa cuaca dingin dikaitkan dengan peningkatan kasus flu dan pilek."

Menurutnya, suhu yang lebih dingin tidak hanya dapat menciptakan kondisi yang ramah terhadap virus, tetapi cuaca dingin juga dapat membuat kita lebih rentan untuk tertular.

Adapun beberapa faktor yang mungkin bisa menjelaskan keterkaitan cuaca dingin dan flu adalah sebagai berikut, dilansir dari Livestrong.

 

Simak Video Berikut Ini:


Virus berkembang dalam cuaca dingin

Sumber: Freepik

Selain menjadi penyakit musiman, menurut Dr. Huang, virus lebih mungkin berkembang dalam cuaca dingin. "Mereka berkembang biak lebih baik, mereka hidup lebih lama dan [mereka] mungkin tetap bersirkulasi lebih lama di udara," katanya.

Rasa dingin membuat kita betah berlama-lama di dalam ruangan

Pekerja kantoran mungkin sudah akrab dengan penularan pilek dari satu bilik ke bilik berikutnya. Itu karena ruangan kantor yang tertutup rapat, sehingga rasanya tidak ada jalan keluar dari kuman yang menyebar dari satu rekan kerja yang bersin ke rekan kerja lainnya.

Terutama saat suhu di luar ruangan lebih dingin, sehingga kebanyakan orang melangsungkan sebagian besar kegiatan aau berkumpul di dalam ruangan. Itu karena saat berkumpul, suhu dari sekelompok manusia terasa lebih hangat dan tentunya sangat tidak nyaman berkumpul di luar saat cuaca dingin.

Dr. Cutler mengatakan seringkali kita tidak menyadari saat bersama orang yang kita kenal atau dekat dengan kita, virus dapat menyebar melalui droplet (tetesan) atau aerosol. Sementara kita juga tidak tahu bahwa menutup jendela saat Anda menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan adalah pemicu penyebarannya lebih banyak, meskipun ini belum terbukti.

Udara dingin dan kering memengaruhi hidung

Suhu dingin di luar disertai suhu panas di dalam ruangan menyebabkan udara kering dan kelembaban rendah. "Ada banyak bukti bahwa udara yang dingin dan kering membuat Anda lebih rentan terhadap virus," kata Dr. Huang.

Misalnya, dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Virus di September 2016, menyatakan ada hubungan antara infeksi rhinovirus dan berenang di suhu dan kelembaban pada hari-hari sebelumnya infeksi.

Penurunan kelembapan, bersama dengan udara dingin, dapat mengeringkan saluran hidung Anda, yang digambarkan oleh Dr. Huang sebagai garis pertahanan pertama tubuh kita.

"Menghirup udara dingin dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah di hidung Anda. Secara teoritis hal itu dapat menyebabkan lebih sedikit sel darah putih yang didistribusikan ke mukosa hidung Anda, itulah sel-sel yang melawan kuman," kata Dr. Huang.

Selain itu, virus dapat berkembang di udara yang kering. Pada tingkat kelembaban yang lebih rendah, menurut sebuah studi Februari 2013 di PLoS One, virus flu lebih menular. Menurut penelian tersebut, menjaga tingkat kelembapan pada 40 persen (atau lebih tinggi) mengurangi penularan virus flu aerosol.

Mayo Clinic menyarankan agar Anda mengusahakan kelembaban di rumah antara 30 dan 50 persen. Karena kadar yang lebih rendah dari ini dapat meningkatkan kerentanan Anda terhadap virus, tetapi rumah yang terlalu lembab dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri dan jamur, yang juga menjadi masalah bagi kesehatan Anda.

 


Selama cuaca dingin, Anda kekurangan vitamin D

Sumber: Freepik

Langit yang mendung mencegah kita mendapatkan vitamin D di pagi hari dari sinar matahari. Sehingga menurut Dr. Huang kemungkinan ini berkaitan dengan sistem kekebalan dan vitamin D.

"Menjadi sangat kekurangan vitamin D tampaknya merusak fungsi kekebalan Anda," kata Dr. Cutler. Sehingga para ahli pada studi meta-analisis 25 studi yang diterbitkan di The BMJ per 1 Februari 2017, menyarankan untuk mengonsumsi suplemen karena dapat membantu mencegah penyakit pernapasan, terutama bagi orang-orang dengan kekurangan vitamin D.

Tips untuk Anda

Sebisa mungkin hindari cuaca dingin, terutama jika kondisinya sangat ramah bagi virus untuk menyebar. Selain itu, usahakan untuk mencegah Anda terpapar virus. Dr. Huang memberi strategi seperti mulailah mendapatkan vaksin flu secara rutin, konsumsi makanan sehat, tetap terhidrasi, berolahraga teratur, dan cukup tidur.

Terakhir, patuhi kegiatan mencuci tangan dengan baik dan benar serta menjaga jarak sosial. “Metode yang sama yang digunakan untuk membatasi penyebaran COVID-19 juga dapat bekerja untuk mengurangi penyebaran pilek dan flu lainnya,” kata Dr. Huang.


Infografis 5 Gejala Sakit Kepala Akibat Covid-19.

Infografis 5 Gejala Sakit Kepala Akibat Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya