Liputan6.com, Jakarta Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio mengatakan, pihaknya terus mempelajari pola mutasi virus Corona, termasuk varian baru VUI-202012/01 dari Inggris.
"Kami mempelajari virus Corona yang paling dekat dengan yang aslinya dari Wuhan, Tiongkok. Selanjutnya, kami mengikuti terus sampai pola mutasi virus Corona yang merebak sekitar bulan Agustus-September 2020," kata Amin di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, ditulis Senin (28/12/2020).
Baca Juga
Advertisement
Tujuan mempelajari pola mutasi virus Corona, lanjut Amin, untuk mendapatkan data sebagai upaya mempersiapkan langkah mengantisipasi. Hal ini juga terkait bagaimana keputusan atau kebijakan yang diambil pemerintah soal mutasi virus Corona yang muncul di dunia.
"Kita bisa melihat ada perubahan pola mutasi dari virus-virus Corona. Saat ini, kami sedang berproses untuk mempelajari mutasi virus-virus di bulan November-Desember 2020," lanjutnya.
"Tentunya, agar mendapatkan data lebih terkini, termasuk berkaitan dengan varian mutasi virus Corona di Inggris. Kalau memang sudah ada (data), maka kita bisa menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil. Ini sebagai sikap kita mengantisipasi mutasi virus."
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Strain Virus Corona Berbeda di Tiap Negara
Strain virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 akan berbeda-beda di tiap negara. Kita menyadari bahwa mutasi virus bisa menimbulkan masalah, tetapi mutasi itu sendiri membantu untuk mengidentifikasi virus.
"Berdasarkan mutasi virus Corona, kita bisa tahu virus itu dari mana. Apakah virus dari Jakarta berhubungan dengan yang ada di Surabaya dan sebagainya. Nah, kita juga bisa mempelajari pola mutasi yang ada dari yang sudah dilaporkan negara lain," terang Amin.
"Kita bisa mengetahui virus yang ada di Indonesia itu pola mutasi masih berkerabat dekat dengan yang pertama kali ditemukan Desember 2019. Tapi berbeda dari pola mutasi yang ada di Eropa, Afrika maupun di Amerika."
Pola mutasi virus Corona berdasarkan molekul epidemiologi. Kita bisa bisa mengatur strategi, bagaimana mengendalikannya. Terlebih lagi virus sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.
"Dengan mempelajari pola mutasi virus, kami juga mulai mempelajari latar belakang genetik orang Indonesia. Bisa diketahui orang-orang yang mana saja dengan latar belakang genetik mana saja atau etnis mana saja yang lebih lebih rentan terhadap infeksi COVID-19," tutup Amin.
Advertisement