Cerita Peneliti Indonesia Bikin Layar Ponsel Antiretak dari Limbah Kelapa Sawit

Peneliti muda dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amanda Septevani, tengah mengembangkan layar ponsel antiretak dari limbah kelapa sawit. Yuk, simak kisah lengkapnya...

Oleh DW.com diperbarui 29 Des 2020, 07:00 WIB
Peneliti Indonesia Bikin Layar Ponsel Antiretak. Dok: Maulana Rizki Djaffar/DW

Liputan6.com, Jakarta - Peneliti muda dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amanda Septevani, tengah mengembangkan layar ponsel antiretak dari limbah biomassa.

Layar ponsel yang dikembangkan dengan teknologi nanoselulosa (transformasi kandungan pada tumbuhan setelah melalui proses teknologi nano) tersebut memiliki banyak keunggulan dibandingkan layar alat elektronik konvensional.

"Penelitian ini sebenarnya terinspirasi dari kegiatan yang biasa saya lakukan saat saya studi S3 di Australia. Saya juga mengembangkan material serupa, yaitu nanoselulosa yang berasal dari rumput-rumput liar yang ada di Australia," ujar ahli kimia lulusan Australian Institute for Bioengineering and Nanotechnology itu.

Ketia Amanda kembali ke Indonesia, ia menilai gagasan itu kurang relevan dan kemudian memutuskan untuk memikirkan aplikasi berbeda.

"Ketika saya pulang tentunya itu tidak relevan. Oleh karena itu, saya berusaha memikirkan aplikasi lain," ungkap Amanda sebagaimana dilansir DW, Selasa (29/12/2020).

Layar alat elektronik yang diciptakan oleh Amanda memiliki substrat dari biomassa yang diperoleh dari limbah pertanian dan perkebunan.

Sumber limbah yang ia gunakan sebagai bahan substrat adalah tandan kosong kelapa sawit. Meski demikian limbah pertanian lainnya seperti tongkol jagung dan serat kenaf juga punya potensi.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini


Apa Keunggulannya?

Peneliti muda LIPI, Amanda Septevani. Dok: Maulana Rizki Djaffar/DW

"Saat ini layar elektronik itu pada dasarnya didominasi dari substrat yang berasal dari gelas. Substrat yang berasal dari gelas ini tentunya akan mudah sekali retak. Penelitian yang kita kembangkan berasal dari nanoselulosa yang kemudian jadi lapisan tipis," Amanda menjelaskan.

Setelah itu, ia melakukan teknik ultrafiltrasi dan hotpress. Lalu dikeringkan jadi lapisan tipis yang sifatnya jadi lebih fleksibel.

"Karena sifatnya lebih fleksible, tentunya harapannya ketika nanti bisa diaplikasikan ke layar elektronik (salah satunya layar ponsel), dia akan bisa menjawab tantangan dari masalah (layar) yang mudah pecah tadi," ucap Amanda melanjutkan.

 


Ramah Lingkungan

Layar ponsel adalah bagian paling penting dari smartphone kamu (Sumber: Android Pit)

Selain unggul pada aspek daya tahan, layar elektronik besutan Amanda juga memiliki proses yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

"Meskipun saat ini juga banyak penelitian yang berusaha mencari substrat lainnya, tapi mereka masih didominasi dari substrat polimer yang berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Kami berusaha mengkaji juga bagaimana caranya supaya dapat sumber lain yang dapat diperbaharui, yaitu dari limbah-limbah yang ada di Indonesia," tuturnya.

 


Dukungan LIPI

Penelitian Amanda memiliki nilai ekonomis dan menyumbang inovasi di bidang kimia. Oleh karenanya, LIPI melalui pusat penelitian kimianya, mendukung penuh pengembangan penelitian Amanda.

Yenny Meliana, Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI menyatakan bahwa LIPI sangat mendukung riset dari peneliti muda.

"Untuk penelitian Amanda tentang teknologi nanoselulosa yang diaplikasikan sebagai perangkat layar elektronik, ide awalnya memang dari Amanda sendiri, studinya tentang nanoselulosa," kata Yenny.

Ia menilai di Indonesia memang banyak mempunyai bahan baku dari tandan kosong kelapa sawit. Jadi Amanda berusaha memanfaatkan tandan kosong kelapa sawit agar lebih bernilai ekonomis.

"Kami di LIPI sangat mendukung riset yang dilakukan generasi muda peneliti seperti Amanda. Jadi, kami membantu dengan men-support infrastruktur," Yenny memungkaskan.

(Isk/Why)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya