30-12-1884: Lahirnya Hideki Tojo, PM Jepang yang Berakhir Tragis

Hideki Tojo lahir pada 30 Desember 1884. Ia memimpin Jepang pada Perang Dunia II.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 30 Des 2020, 06:01 WIB
PM Jepang Hideaki Tojo dan keluarganya. Tojo memimpin Kekaisaran Jepang di Perang Dunia II. Dok: Wikicommons

Liputan6.com, Tokyo - Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo lahir di Tokyo, pada 30 Desember 1884. Semasa Perang Dunia II, ia memimpin Kekaisaran Jepang untuk menyerang pasukan Sekutu di Asia Pasifik.

Tojo mengantar Jepang masuk Perang Dunia II setelah menyerang Pearl Harbor di Hawaii pada 7 Desember 1941. Ribuan orang tewas dalam serangan itu. 

The Japan Times menyebut Tojo awalnya percaya diri berhasil menang melawan AS. Ditambah lagi, Tojo mendapat dukungan dari Kaisar Hirohito.

Kepercayaan diri Hideki Tojo ternyata tidak jadi kenyataan. Jepang dikalahkan oleh kekuatan angkatan laut AS. Salah satu yang paling parah adalah Pertempuran Saipan yang mengakibatkan tewasnya 29 ribu prajurit Jepang.

Jepang kalah meski ribuan prajurit melakukan serangan banzai. Tragisnya, ada sekitar 5.000 prajurit Jepang yang memilih bunuh diri ketimbang menyerah. 

Pada 1944, Hideki Tojo akhirnya dipaksa mundur sebagai perdana menteri. Setahun kemudian, AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima-Nagasaki yang efektif mengalahkan Jepang di Perang Dunia II.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Akhir Tragis

Hideki Tojo (Wikimedia Commons)

Setelah Jepang mengaku kalah, Jenderal Douglas MacArthur memerintahkan untuk menangkap Hideki Tojo.

Semasa pertempuran, Tojo melakukan banyak kejahatan perang. Sosoknya pun masih kontroversial di China dan Korea Selatan.

Indonesia juga diduduki Jepang pada masa Hideki Tojo.

Hideki Tojo berusaha bunuh diri sebelum ditangkap, namun upayanya gagal. Ia dihukum gantung tiga tahun kemudian pada 23 Desember 1948 di Tokyo.

Sebelum diekseskusi, Tojo mengaku kesalahannya dalam perang. 

Cucu dari Hideki Tojo juga masuk ke dunia politik Jepang. Ia adalah Yuko Tojo. Wanita itu dikenal dengan pandangan yang cukup ekstrem dan gagal meraih popularitas di Jepang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya