Liputan6.com, Jakarta - Seekor burung kiwi putih bernama Manukura mati setelah dioperasi. Burung kiwi putih satu-satunya yang menetas di penangkaran itu terbilang langka karena umumnya kiwi berbulu coklat.
Burung kiwi putih itu mati pada Minggu, 27 Desember 2020, di Pukaha National Wildlife Center, Selandia Baru. Ia menjalani beberapa kali operasi untuk mengeluarkan telur yang tidak berkembang.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari CNN, Selasa, 29 Desember 2020, Manukura menetas pada Mei 2011 di Pukaha. Arti namanya adalah status utama dalam Bahasa Maori. Warna putih pada bulunya tersebut dihasilkan oleh kondisi genetik yang langka.
Manukura sendiri dipandang sebagai berkah besar oleh Suku Raitane o Wairarapa di Selandia Baru. Mereka percaya burung tersebut merupakan simbol pemersatu.
Burung kiwi itu juga menginspirasi penulis buku anak-anak Selandia Baru, Jow Cowley. Ia bahkan menerbitkan buku cerita berjudul Manukura The White Kiwi, juga mainan dan merchandise lainnya.
"Dia akan sangat dirindukan," ujar Kathy Houkamau, manajer di Pukaha, pusat penangkaran yang terletak di utara Wellington tersebut.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kehilangan Berat Badan
Manukura pertama kali dibawa ke dokter hewan pada awal Desember setelah perawatnya memerhatikan kiwi betina itu tidak mau makan dan kehilangan berat badan. Dokter hewan kemudian menemukan telur yang tidak subur menjadi penyebab kiwi itu tak bisa bertelur.
Meski operasi pengangkatan telur berhalan sukses, Manukura memerlukan lebih banyak operasi. Kondisi kesehatannya segera memburuk dalam beberapa pekan. Kematian kiwi putih itu disebut sebagai hari tersedih bagi pusat konservasi tersebut dan juga Selandia Baru.
Manukura memiliki saudara laki-laki bernama Mapuna, yang merupakan bagian dari program penangkaran Pukaha. Meskipun kiwi putih ada di alam liar, mereka dianggap sangat langka sehingga sangat sulit untuk melihatnya di habitat aslinya.
Menurut Departemen Pelastarian Selandia Baru, terdapat sekitar 68.000 jenis kiwi yang tersisa dan dua persen kiwi yang tidak terkelola hilang setiap tahunnya. Hal tersebut terjadi karena adanya pemangsa seperti cerpelai, anjing, kucing, dan musang. (Melia Setiawati)
Advertisement