Liputan6.com, Jakarta Down Syndrome adalah salah satu jenis disabilitas intelektual yang berkaitan dengan kromosom. Pada anak biasa kromosomnya berjumlah 46 namun pada penyandang Down syndrome ada tambahan kromosom 21 sehingga totalnya jadi 47.
Secara intelektual penyandang Down Syndrome lebih rendah ketimbang anak non disabilitas. Namun, hal ini bukan berarti anak Down Syndrome tidak bisa berprestasi.
Advertisement
Jika kemampuannya diasah sejak dini, maka anak Down syndrome pun bisa berprestasi bahkan hingga taraf internasional.
Menurut dr. Alvin Nursalim, SpPD dari Klikdokter, pengobatan Down Syndrome tidak dapat menyembuhkan tetapi memberikan dukungan agar penyandang mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari. Penanganan dan pengobatan bagi anak dengan Down syndrome dilakukan dengan tujuan melatih kemandirian mereka.
Ada beberapa penanganan yang tepat untuk mendukung pertumbuhan anak Down Syndrome salah satunya dengan terapi.
Terapi sendiri terbagi dalam beberapa jenis yaitu terapi wicara, bahasa, fisioterapi, dan lain-lain. Fisioterapi bertujuan untuk menjaga postur tubuh dan memperkuat otot pasien. Terapi wicara dilakukan agar pasien dapat berkomunikasi dengan lancar.
“Terapi okupasi membantu pasien untuk menjalankan aktivitas sehari-hari, seperti aktivitas makan, berpakaian, dan lain-lain. Terapi perilaku dapat membantu pasien agar mampu merespons sesuatu dengan positif,” tulis Alvin mengutip Klikdokter, Rabu (30/12/2020).
Simak Video Berikut Ini:
Mengikuti Komunitas
Selain terapi, penanganan lain yang dapat dilakukan pada penyandang down syndrome adalah mengikuti komunitas dan aktif di dalamnya.
“Selain melakukan terapi, anak dengan Down syndrome atau orang tua dianjurkan untuk ikut aktif dalam komunitas, seperti Ikatan Sindroma Down Indonesia (ISDI) atau Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS).”
Tak dapat dimungkiri, kehidupan penyandang Down syndrome rentan terhadap diskriminasi akibat minimnya informasi, pengobatan, pendidikan, akses publik, dan yang cukup meresahkan adalah peluang mereka dalam lapangan pekerjaan yang sangat terbatas.
“Dengan aktif dalam grup atau lembaga tersebut, para anggota diharapkan dapat saling bertukar informasi, serta saling dukung dan menguatkan satu sama lain.”
Alvin berharap dengan disahkannya RUU tentang Penyandang Disabilitas tahun 2016 lalu, diskriminasi yang kerap dirasakan para penyandang Down syndrome (dan penyandang disabilitas lain) perlahan akan sirna.
Ia juga menambahkan, tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah Down syndrome. Namun, bagi calon ibu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risikonya, seperti:
-Hindari paparan zat berbahaya, seperti rokok dan alkohol.
-Penuhi nutrisi saat hamil.
-Lakukan pemeriksaan antenatal secara berkala.
-Terapkan pola hidup sehat.
Advertisement