Amerika Laporkan Kasus Pertama Mutasi COVID-19 Inggris, Pasien Tinggal di Colorado

AS telah mencatat lebih dari 19 juta infeksi dan lebih dari 337.000 kematian akibat virus corona COVID-19, angka tertinggi di dunia.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 30 Des 2020, 11:18 WIB
Ilustrasi Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV). (CDC via AP, File)

Liputan6.com, Colorado - Kasus pertama mutasi COVID-19 Inggris ditemukan di Amerika Serikat, tepatnya di negara bagian Colorado. Pasien positif Virus Corona yang berada dalam isolasi itu merupakan pria berusia 20-an tahun yang tidak memiliki riwayat perjalanan baru-baru ini.

Pejabat setempat mengatakan mereka sedang bekerja untuk mengidentifikasi kontak dan kasus potensial lain dari mutasi COVID-19 tersebut, seperti dikutip dari laman BBC, Rabu (30/12/2020)

Itu terjadi ketika Presiden terpilih AS Joe Biden mengkritik distribusi vaksin administrasi Trump.

Dia mengatakan program itu terlambat dari jadwal.

AS telah mencatat lebih dari 19 juta infeksi dan lebih dari 337.000 kematian akibat virus corona, angka tertinggi di dunia.

Varian baru COVID-19 jauh lebih mudah ditularkan daripada sebelumnya tetapi belum tentu lebih berbahaya bagi mereka yang terinfeksi, kata para ahli.

Pejabat kesehatan AS mengatakan pekan lalu bahwa mereka yakin itu sudah tersebar di Amerika Serikat.

Dalam sebuah pernyataan pada Selasa kemarin, Gubernur Colorado Jared Polis mengatakan pasien yang terinfeksi berada di isolasi di Elbert County dekat Denver.

Pejabat kesehatan masyarakat sedang melakukan "penyelidikan menyeluruh", dan sejauh ini tidak ada infeksi yang ditemukan di antara kontak dekat.

Kasus mutasi COVID-19 telah muncul di seluruh dunia. Dua infeksi pertama yang diketahui di Amerika Utara, tepatnya di Kanada pada akhir pekan lalu.

Dua vaksin virus corona - satu oleh Moderna dan satu oleh Pfizer - saat ini tengah didistribusikan dan diberikan di seluruh AS.

 

Saksikan Video Berikut Ini:


Target Vaksinasi

Presiden Amerika Serikat terpilih, Joe Biden menerima suntikan dosis pertama vaksin Covid-19 di Rumah Sakit Christiana di Newark, Delaware, Senin (21/12/2020). Peristiwa ini disiarkan secara langsung oleh televisi untuk meyakinkan publik AS tentang keamanan vaksin Covid-19. (Alex Edelman / AFP)

Pemerintah menargetkan untuk memvaksinasi 20 juta orang Amerika pada akhir Desember. Namun sejauh ini, hanya 2,1 juta yang telah menerima suntikan, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.

Presiden terpilih Biden mengatakan penggerak vaksin adalah "tantangan operasional terbesar yang pernah kami hadapi sebagai sebuah bangsa".

"Rencana administrasi Trump untuk mendistribusikan vaksin jauh tertinggal," kata Biden dalam pidatonya pada hari Selasa.

"Saya akan menggerakkan langit dan bumi untuk membawa kita ke arah yang benar."

Menanggapi Biden dalam sebuah tweet, Presiden Donald Trump mengatakan itu "terserah negara bagian untuk mendistribusikan vaksin" begitu mereka telah dikirim oleh pemerintah federal.

"Kami tidak hanya mengembangkan vaksin, termasuk menyiapkan uang untuk mempercepat proses, tetapi juga membawanya ke negara bagian," tulisnya.

Biden telah berjanji untuk memvaksinasi 100 juta orang Amerika selama 100 hari pertama masa kepresidenannya ketika dia menjabat pada 20 Januari.

Untuk mencapai target itu, jumlah vaksin yang diberikan harus ditingkatkan "lima sampai enam kali lipat dari kecepatan saat ini menjadi satu juta suntikan sehari", kata Biden.

"Bahkan dengan perbaikan itu, masih perlu waktu berbulan-bulan agar sebagian besar penduduk Amerika Serikat divaksinasi," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya