Indonesia Bakal Produksi 14 Juta Kendaraan Listrik di 2035

Indonesia mencanangkan produksi 4 juta mobil listrik dan 10 juta motor listrik di tahun 2035

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Des 2020, 12:00 WIB
Teknologi fast charging pada mobil listrik BMW i8 Roadster dipamerkan dalam GIIAS 2019 di ICE BSD, Tangerang, Jumat (19/7/2019). Konsumsi bahan bakar gabungan dalam siklus pengujian kendaraan plug in hybrid adalah 47,6 km/liter, ditambah 14.5 kWh energi listrik per 100 km. (Liputan6.com/FeryPradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia mencanangkan produksi 4 juta mobil listrik dan 10 juta motor listrik di tahun 2035. Target ini dibuat karena 80 persen bahan baku kendaraan listrik ada di Indonesia. Hal ini sejalan dengan upaya menekan emisi gas rumah kaca.

"Indonesia mencanangkan 4 juta mobil listrik dan 10 juta motor listrik pada 2035," kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia dalam Keterangan Pers Kepala BKPM Tentang Investasi Baterai Listrik LG Energy Solution & Konsorsium BUMN, Jakarta, Rabu (30/12).

Bahlil menjelaskan material utama baterai yang saat ini digunakan dalam industri kendaraan listrik yaitu MNC811 atau nikel. Hal ini sejalan dengan jumlah cadangan nikel di tanah air yang melimpah ruah.

Bahkan 25 persen cadangan nikel dunia ada di Indonesia. "Negara kita kaya cadangan nikel terbesar di dunia, 25 persen total cadangan dunia ada di Indonesia," kata dia.

Untuk itu pemerintah saat ini konsen dan bersemangat untuk membuat pabrik kendaraan listrik dari hulu ke hilir di dalam negeri. Bekerja sama dengan 4 BUMN yakni PT MAiN ID, PT Aneka Tambang, PT PLN Persero, PT Pertamina, Hyundai dan LG Grup.

Bahlil mengatakan industri baterai di dunia sangat berpotensi. Diperkirakan pertumbuhannya hingga 4 kali lipat menjadi 1,3 terawatt hour (twh) dari saat ini. Sebab, 40-50 persen komponen mobil listrik merupakan baterai.

"Baterai listrik ini kompenen utama mobil listrik, mencakup 40-50 persen dari total biaya mobil," kata dia.

Ke depan hampir semua negara akan beralih menggunakan kendaraan listrik. Setidaknya mereka akan mengurangi 15 persen sampai 100 persen penggunaan mobil berbahan bakar fosil.

"Hampir semua negara mengurangi konsumsi bahan bakar dan meningkatkan penggunaan mobil listrik 15-100 persen dari tola mobil yang beredar," kata dia mengakhiri.

Anisyah Al Faqir

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jajaki Investasi Mobil Listrik, Elon Musk Kirim Tim Tesla ke Indonesia Awal 2021

Elon Musk, founder Tesla dan SpaceX. Sumber: Business Insider

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengklaim, CEO Tesla Elon Musk telah menanggapi undangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengirimkan timnya ke Indonesia pada Januari 2021. Undangan ini untuk menjajaki peluang investasi kendaraan listrik Tesla ke Tanah Air.

"Tesla akan kirim timnya awal Januari nanti di Indonesia untuk follow up pembicaraan pak Presiden (Jokowi) dengan pemilik Tesla Elon Musk," kata Agus Gumiwang dalam konferensi pers akhir tahun Kemenperin secara virtual, Senin (28/12/2020).

Agus Gumiwang menilai kedatangan Tesla merupakan sinyal baik untuk masuknya investasi untuk kendaraan listrik. Pemerintah disebutnya akan berupaya sedemikian rupa untuk membujuk Tesla agar komitmen untuk suntikan investasi ke Indonesia.

"It's a good start. Tesla akan kirim timnya untuk perdalam tawaran, it's a good start. Kita akan yakini agar mereka bisa investasi di Indonesia," ujar dia.

Menurut dia, Indonesia dengan jumlah populasi besar memiliki daya tarik tersendiri bagi investor dunia. Ditambah rasio kepemilikan mobil di Indonesia yang masih rendah, sehingga membuat investor semakin yakin untuk menanamkan modalnya untuk produksi kendaraan listrik di Indonesia.

"Tapi, yang akan bawa ketertarikan investor bahwa faktanya rasio kepemilikan kendaraan bermotor roda 4 di Indonesia itu masih sangat sangat sangat rendah dibanding rasio kepemilikan untuk Thailand, Malaysia. Bahkan untuk Vietnam aja kita masih sangat rendah," tutur Agus Gumiwang.

Mengacu pada kondisi tersebut, pemerintah disebutnya memiliki target besar pada 2030 ketika Indonesia diproyeksikan bisa jadi 10 negara dengan kekuatan ekonomi terbesar dunia.

Jika proyeksi tersebut berhasil tercapai, Agus menambahkan, secara otomatis daya beli masyarakat akan jauh meningkat. Sehingga membuat kebutuhan akan kepemilikan mobil pribadi turut naik.

"Pasti di situ akan mendorong, mengungkit masyarakat akan lebih secara alamiah saja, dia akan belanja mobil. Itu nanti space-nya, ruangnya sangat besar. Jadi bukan hanya populasi kita yang 270 juta. Itu poin yang dilihat investor," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya