Liputan6.com, London - Tepat hari ini pada 1999, Inggris bersiap bergabung dengan pesta global dalam rangkaian pesta pora spektakuler untuk menyambut tahun baru 2000 yang merupakan tahun milenium. Skala perayaan berkisar dari acara-acara besar yang terorganisir, pesta jalanan hingga malam hari di rumah sambil menonton tayangan televisi dari seluruh dunia.
Terlepas dari prediksi hujan, jutaan orang memenuhi tepian Sungai Thames di London, Inggris untuk menghadiri pasar malam, musik, dan hiburan jalanan dari 11.00 GMT hingga Hari Tahun Baru 02.00 GMT.
Baca Juga
Advertisement
Selebritas dan politikus terkenal, Perdana Menteri Tony Blair hadir dalam malam pergantian tahun itu.
Di Skotlandia, Royal National Scottish Orchestra, grup pop Texas, dan sejumlah band terkenal tampil di Edinburgh dan suar kembang api menyala di Ben Nevis.
Sebuah suar raksasa juga terdengar di Cardiff, Welsh, dan satu lagi di Irlandia Utara.
Di Liverpool, banyak orang mengadakan pesta dansa, sementara di Birmingham orang berkumpul di Centenary dan Victoria Square.
Perayaan di Manchester, Inggris juga termasuk dalam pertunjukan malam tahun baru dengan banyak kembang api.
Sejarah lain mencatat pada 31 Desember 1600, Ratu Elizabeth mendirikan unit Hindia Timur Britania. Pada 31 Desember 1991, Uni Soviet secara resmi dibubarkan.
Saksikan Video Berikut Ini:
Tahun Baru di Masa COVID-19
Jika 21 tahun yang lalu pesta pergantian tahun baru di Inggris berjalan meriah, maka tak jelas dengan pergantian tahun 2020 ke 2021. Pasalnya, varian baru Virus Corona COVID-19 yang lebih menular muncul di Inggris. Berdasarkan kajian yang dilakukan lembaga pemerintah Inggris urusan kesehatan masyarakat atau Public Health England, mutasi COVID-19 itu tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan Virus Corona varian sebelumnya.
Para ilmuwan menyebut varian baru ini dapat menyebar dengan lebih cepat. Kasus virus varian baru pertama kali dideteksi di Inggris pada pertengahan Desember 2020, sehingga membuat sejumlah negara mengambil kebijakan pembatasan perjalanan ke negara itu.
Saat ini, beberapa negara di Eropa dan belahan dunia lain telah melaporkan munculnya kasus Virus Corona varian baru tersebut.
Dalam kajian Public Health England, para peneliti membandingkan 1.769 orang yang terinfeksi virus varian baru dengan 1.769 pasien terinfeksi virus "jenis liar", dan kedua kelompok tersebut cocok dengan rasio satu banding satu secara umur, jenis kelamin, area kediaman, serta waktu pengujian.
Dari 42 orang yang dilarikan ke rumah sakit, 16 di antaranya terinfeksi virus varian baru sementara 26 lainnya terinfeksi virus jenis terdahulu, menurut kajian tersebut. Dalam hal jumlah kematian, angkanya 12 kasus untuk pasien virus varian baru, berbanding 10 untuk varian lama.
Advertisement