Liputan6.com, Jakarta - Indonesia siap untuk produksi baterai kendaraan listrik, mulai Februari 2021. Keputusan ini setelah penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara konsorsium BUMN dengan LG Energy Solution Ltd, anak perusahaan konglomerasi LG Group ini, senilai US$ 9,8 miliar atau setara dengan Rp142 triliun.
Dijelaskan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, sebagian proyek pemgembangan industri baterai kendaraan listrik akan berlokasi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah yang sudah ditinjau oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), pada akhir Juni lalu.
Baca Juga
Advertisement
"Kawasan industri seluas 4.300 ha ini merupakan percontohan kerjasama pemerintah dan BUMN dalam menyediakan lahan yang kompetitif dari sisi harga, konektivitas, dan tenaga kerja," ujar Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, dalam Keterangan Pers Kepala BKPM Tentang Investasi Baterai Listrik LG Energy Solution, Rabu (30/12/2020).
Sementara itu, melansir Antara, MoU berisi tentang kerja sama proyek investasi raksasa dan strategis di bidang industri sel baterai kendaraan listrik terintegrasi dengan pertambangan, peleburan (smelter), pemurnian (refining), serta industri prekursor dan katoda.
Adapun lokasi pabrik, nantinya akan dibagi dua, di mana pembangunan smelter dan tambang akan berada di Maluku Utara, sedangkan preskursor dan katoda serta sebagian baterai sel akan ditempatkan di Kawasan Industri Terpadu Batang, Jawa Tengah.
Rencananya, sebagian baterai yang dihasilkan dari proyek ini akan disuplai ke pabrik mobil listrik pertama di Indonesia, yang sudah lebih dahulu ada dan dalam waktu dekat akan segera memulai tahap produksi.
SImak Video Pilihan Berikut Ini:
Indonesia Pemain Penting
Pengembangan industri baterai listrik terintegrasi merupakan langkah konkret yang sesuai dengan target Presiden Jokowi, untuk mendorong transformasi ekonomi menuju Indonesia Maju 2045. Hilirisasi pertambangan adalah salah satu wujud transformasi tersebut.
"Indonesia akan naik kelas dari produsen dan eksportir bahan mentah menjadi pemain penting pada rantai pasok dunia untuk industri baterai kendaraan listrik, dimana baterai memegang peranan kunci, bisa mencapai 40 persen dari total biaya untuk membuat sebuah kendaraan listrik,” jelasnya
Dalam realisasi investasi proyek, perusahaan patungan ini akan memprioritaskan bekerjasama dengan pengusaha nasional, pengusaha nasional yang ada di daerah dan UKM (Usaha Kecil dan Mikro) lokal yang memiliki kapabilitas dan kapasitas dalam setiap rantai pasok.
“Dengan demikian diharapkan dapat menggerakkan perekonomian nasional yang berdampak positif bagi daerah,” ujarnya.
Sehingga investasi ini akan menjadi model kolaborasi komplet yang melibatkan perusahaan asing dengan reputasi global, BUMN yang mumpuni, dan pelaku ekonomi swasta nasional/daerah yang kuat.
Advertisement