FDA: Vaksin COVID-19 Moderna Picu Efek Samping pada Orang dengan Filler Wajah

FDA melaporkan vaksin Moderna COVID-19 dapat menyebabkan beberapa efek samping pada orang yang melakukan filler wajah.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 31 Des 2020, 19:00 WIB
Pekerja menyiapkan box berisi vaksin Moderna COVID-19 untuk dikirim di pusat distribusi McKesson di Olive Branch, Mississippi, AS, Minggu (20/12/2020). Selama seminggu, Pemerintah federal berencana mendistribusikan total 7,9 juta dosis vaksin dari Moderna dan Pfizer Inc (AP Photo/Paul Sancya, Pool)

Liputan6.com, Jakarta Laporan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (Food and Drug Administration/FDA), vaksin Moderna COVID-19 dapat menyebabkan beberapa efek samping pada orang yang melakukan filler wajah.

Tiga peserta dalam uji klinis vaksin tersebut mengalami pembengkakan pada wajah atau bibir karena filler (pengisi kulit untuk mengencangkan wajah) wajah mereka.

Pada 17 Desember, tepatnya pada pertemuan panel penasihat yang disebut dengan Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologi Terkait (VRBPAC), petugas medis FDA Rachel Zhang melaporkan bahwa dua orang mengalami pembengkakan wajah setelah vaksinasi selama uji coba fase 3 Moderna. Keduanya memiliki persamaan pada riwayat pernah menjalani prosedur filler wajah, dilansir dari Health. 

Salah satunya seorang wanita 46 tahun, memiliki riwayat telah disuntik dermal filler sekitar enam bulan sebelum mendapat vaksin. Sementara satu lagi seorang wanita 51 tahun telah menjalani prosedur yang sama dua minggu sebelum vaksinasi.

Menurut STAT yang menyiarkan live pertemuan tersebut, orang ketiga yang ikut serta dalam uji coba Moderna mengalami angioedema bibir (bengkak) sekitar dua hari setelah vaksinasi. Zhang mengatakan orang tersebut telah menerima suntikan filler di bibir sebelumnya, dan telah melaporkan reaksi serupa setelah vaksin influenza sebelumnya.

Berdasarkan temuan tersebut, FDA memasukkan gejala pembengkakan wajah dalam kategori "Related Serious Adverse Event" (Kejadian Merugikan yang Serius). Kenapa disebut serius?

Seorang dermotologis bersertifikat, Debra Jaliman, MD, yang memiliki praktik swasta di Manhattan, New York City mengatakan, "Ini adalah efek samping yang sangat langka, dan dapat diobati dengan antihistamin dan prednison (sejenis steroid)."

Sementara dalam ketiga kasus yang dilaporkan oleh FDA, pembengkakan terlokalisasi dan sembuh sendiri, tanpa intervensi atau setelah pengobatan sederhana.

Pakar alergi dan immunologi di NYU Langone Health, Purvi Parikh, MD, mengaku belum tahu pasti mekanisme yang menyebabkan respons demikian, namun para dokter yakin ini adalah reaksi inflamasi.

"Filler adalah benda asing dan ketika sistem kekebalan Anda diaktifkan karena vaksin, masuk akal bahwa area yang memiliki benda asing yang tidak biasanya ada di tubuh Anda juga akan mengalami peradangan, ini karena sistem kekebalan dirancang untuk melawan zat asing," kata Dr. Parikh.

 

Simak Video Berikut Ini:


Bagaimana dengan vaksin COVID-19 Pfizer?

Botol bertuliskan "Vaksin COVID-19" terlihat di sebelah logo perusahaan biotek Moderna, Paris, Prancis, 18 November 2020. Vaksin COVID-19 buatan Moderna diprediksi segera lolos BPOM Amerika Serikat (Food and Drug Administration atau FDA). (JOEL SAGET/AFP)

Perlu dicatat bukan hanya vaksin COVID-19 yang mungkin memicu reaksi ini. Dr. Parikh menyebutkan virus penyebab flu, pilek, dan sebagainya juga dapat memicu pembengkakan, juga karena sistem kekebalan sedang diaktifkan. "Jika Anda alergi terhadap obat, ini dapat memicu respons serupa pada pengisi Anda," jelasnya.

"Konsep ini telah dilaporkan sebelumnya dan tidak hanya terjadi pada vaksin COVID-19," kata dokter kulit dan ahli bedah Mohs Tanya Nino, MD, direktur program melanoma di Providence St. Joseph Hospital di Orange County, California.

Zhang mengatakan tim FDA melakukan tinjauan pustaka dan menemukan laporan sebelumnya bahwa orang yang pernah disuntik filler bereaksi terhadap vaksinasi dengan pembengkakan wajah sementara. Namun, tampaknya reaksi ini tidak muncul di vaksin Pfizer, entah mengapa, padahal kedua vaksin tersebut hampir identik.

Keduanya, berdasarkan Pusat Pengendalian Pencegahan Penyakit (CDC), dibuat menggunakan teknologi baru yang disebut messenger RNA (mRNA), dan bekerja dengan menyandikan sebagian spike protein (protein berbentuk mirip jarum/paku) yang ditemukan di permukaan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19.

Sementara menurut Dr. Nino, kemungkinan itu (reaksi bengkak akibat pertemuan filler dengan vaksin) karena populasi pasien yang dipilih dalam uji klinis. Sehingga masih diperlukan penelitian lebih luas untuk menentukan hal tersebut.

Meskipun pasien dermal filler harus mewaspadai kemungkinan pembengkakan lokal sebagai respons terhadap vaksin Moderna COVID-19, penting untuk diingat bahwa kasus ini jarang terjadi dan efeknya mudah diobati.

Semua pasien harus mempertimbangkan manfaat menerima vaksin bersama dengan risiko yang dilaporkan, dan berbicara dengan penyedia layanan kesehatan mereka jika mereka memiliki kekhawatiran tertentu. “Ini seharusnya tidak menghentikan siapa pun untuk mendapatkan vaksin, atau mendapatkan filler wajah,” kata Dr. Jaliman.

Jika pasien yang memiliki filler wajah melihat adanya pembengkakan di tempat injeksi filler mereka, mereka harus memberi tahu dokter mereka, kata Dr. Nino. "Tampaknya beberapa individu memiliki kecenderungan genetik untuk membentuk jenis reaksi kekebalan ini. Hal ini belum tentu terjadi pada semua orang yang telah memiliki filler," tambahnya.


Infografis Vaksin Covid-19 dan Rencana Vaksinasi di Indonesia

Infografis Vaksin Covid-19 dan Rencana Vaksinasi di Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya