PM Inggris: Kesepakatan Perdagangan Pasca-Brexit Diratifikasi, Awal Indah dengan Mitra di Uni Eropa

PM Boris Johnson mengacungkan jempol, setelah menandatangani ratifikasi perdagangan pasca-Brexit.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Des 2020, 18:11 WIB
PM Inggris, Boris Johnson selesai memberikan pernyataan pada hari pertamanya kembali bekerja setelah pulih dari virus Corona di Downing Street, London, Senin (27/4/2020). Ini menjadi kemunculan pertama PM Johnson di depan publik setelah hampir sebulan terinfeksi COVID-19. (AP/Frank Augstein)

Liputan6.com, London - Sah, Inggris dan Uni Eropa telah melakukan teken kesepakatan perdagangan pasca-Brexit pada Rabu 30 Desember 2020 waktu setempat. Kesepakatan tersebut dicapai sebelum Inggris secara definitif keluar dari Eropa setelah hampir 50 tahun.

"Kini saatnya melupakan Brexit. Masa depan kita terjadi di Eropa," kata Kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (31/12/2020).

Dokumen itu kemudian dibawa oleh Royal Air Force ke London untuk ditandatangani Perdana Menteri Boris Johnson. Sementara parlemen Inggris bergegas mengadakan debat untuk meratifikasi kesepakatan tersebut.

Boris Johnson mengacungkan jempol, setelah menandatangani ratifikasi perdagangan pasca-Brexit tersebut.

Ia menggambarkan hal itu sebagai "awal dari apa yang akan menjadi hubungan yang indah antara Inggris dan sahabat serta mitra kami di Uni Eropa."

Saksikan Juga Video Ini:

2 dari 2 halaman

Akhir Periode Transisi Pasca-Brexit

Warga mengambil gambar mural seorang pria yang tengah menghancurkan salah satu dari 12 bintang kuning bendera Uni Eropa di dinding kawasan Dover, Inggris, Senin (8/5). Mural karya seniman jalanan Banksy itu berjudul 'Brexit'. (DANIEL LEAL-OLIVAS/AFP)

Inggris akan keluar dari pasar tunggal Eropa dan serikat pabean pada Kamis 31 Desember 2020 waktu setempat, akhir dari periode transisi pasca-Brexit yang ditandai dengan negosiasi perdagangan yang berlarut-larut.

Memperkenalkan Rancangan Undang-Undang (RUU) setebal 85 halaman untuk melaksanakan pakta itu, Johnson mengatakan kepada Majelis Rendah bahwa RUU itu menandai babak baru bagi Inggris dan Uni Eropa sebagai "sama-sama berdaulat, dipersatukan oleh persahabatan, perdagangan, sejarah, kepentingan dan nilai-nilai."

Majelis rendah dan majelis tinggi mengesahkan RUU itu pada Rabu 30 Desember malam, dalam prosedur satu hari yang sangat cepat.

Inggris dan Uni Eropa akan "bahu membahu kapan pun nilai dan kepentingan kita bertemu, sementara memenuhi keinginan kedaulatan rakyat Inggris untuk hidup sesuai hukum kedaulatan mereka sendiri yang dibuat oleh parlemen yang berdaulat," kata Johnson.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya