Liputan6.com, Cape Town - Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, kembali memberlakukan larangan penjualan minuman beralkohol, dan menutup semua bar. Hal tersebut merupakan bagian dari aturan pembatasan ketat, yang diterapkan guna mencegah penyebaran lebih luas varian baru Virus Corona penyebab COVID-19.
“Perilaku sembrono akibat keracunan alkohol telah berkontribusi pada peningkatan penularan, kecelakaan, dan kekerasan terkait alkohol, yang menekan unit gawat darurat rumah sakit kami,” kata Ramaphosa dalam pidatonya sebagaimana dikutip APnews pada Sabtu, 2 Januari 2021.
Advertisement
Ramaphosa mengungkapkan bahwa akan menutup semua pantai dan kolam renang umum di beberapa wilayah dengan angka kasus positif COVID-19 tinggi, seperti di Cape Town, Johannesburg, Durban, dan beberapa daerah pesisir Afrika Selatan.
Selain itu, Afrika Selatan juga akan kembali memberlakukan jam malam. Warga harus berada di rumah mulai pukul 21.00 sampai pukul 06.00.
"Seperti yang harus kami lakukan pada hari-hari awal lockdown, kami harus meratakan kurva untuk melindungi kapasitas sistem perawatan kesehatan kami, agar nantinya siap untuk gelombang baru infeksi Virus Corona ini secara efektif," ujarnya
Bagi siapapun yang melanggar, Ramaphosa menyebut akan dikenakan denda atau tuntutan pidana yang dapat dihukum dengan kemungkinan hukuman penjara.
Simak Video Berikut Ini
Kasus COVID-19 di Afrika Selatan Lampui 1 Juta
Ramaphosa, mengatakan, peningkatan pembatasan diperlukan karena lonjakan infeksi Virus Corona penyebab COVID-19 yang telah mendorong total kasus terkonfirmasi di Afrika Selatan melampaui 1 juta.
“Hampir 27.000 warga Afrika Selatan diketahui meninggal karena COVID-19. Jumlah kasus baru Virus Corona meningkat pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih dari 50.000 kasus baru telah dilaporkan sejak Malam Natal," ujarnya.
Dia juga menyebut bahwa aturan ini akan ditinjau dalam beberapa minggu setelah pelaksanaannya, dan pembatasan akan dilonggarkan jika jumlah kasus baru menurun.
Sementara itu, Asosiasi Medis Afrika Selatan, mengatakan, rumah sakit dan pusat kewalahan dengan banyaknya pasien baru COVID-19 yang dibarengi dengan datangnya pasien yang mengalami insiden kecelakaan akibat alkohol.
“Afrika Selatan memiliki sejarah penyalahgunaan alkohol dan pesta minuman keras yang sangat tinggi, terutama selama akhir pekan. Di wilayah tertentu banyak menimbulkan kasus trauma, penganiayaan, kecelakaan kendaraan bermotor dan KDRT," ujar Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, Angelique Coetzee.
Angelique, mengungkapkan, ketika Afrika Selatan sebelumnya melarang total penjualan minuman keras, kasus trauma di rumah sakit turun sebanyak 60 persen. Namun, ketika larangan tersebut dicabut, kasus trauma kembali naik ke level sebelumnya.
Penulis : Rizki Febrianto
Advertisement