Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah orang pasti pernah dihadapkan dalam situasi berikut saat perjalanan ke luar negeri: saat kita butuh mengecas ponsel, kamera, atau tablet, di tempat-tempat seperti hotel atau bandara, tiba-tiba kita menemukan bentuk steker atau colokan listrik yang aneh.
Steker dengan lubang tiga; bentuk yang tidak bundar, dan lain sebagainya. Pada saat itu, Anda mungkin bertanya-tanya, mengapa negara ini menggunakan steker dan stopkontak yang berbeda dari yang kita pakai di rumah?
Jawaban singkatnya adalah karena sistem distribusi listrik di rumah-rumah di seluruh dunia dibangun oleh ribuan orang berbeda selama 140 tahun terakhir, dan pekerjaan itu belum selesai, demikian seperti dikutip dari The Conversation Indonesia*, Sabtu (2/1/2021).
Di seluruh dunia, sekitar 750 juta orang - atau satu dari 10 orang - masih belum memiliki akses listrik.
Baca Juga
Advertisement
Dan bagi 90% orang yang bisa mengakses listrik, ada 15 jenis steker yang berbeda yang digunakan di rumah-rumah di seluruh dunia.
Untuk memahami mengapa stopkontak tidak sama semua, kita perlu memahami cara kerja stopkontak.
Di Amerika Serikat (AS), lubang di sebelah kanan disebut sebagai sisi "panas" dan lubang sebelah kiri "netral". Saat kita mencolokkan steker lampu dan menyalakannya, sirkuit akan tersambung sehingga aliran listrik mengalir dan menyalakan lampu.
Aliran listrik mengalir dari sisi "panas" melewati lampu lalu kembali ke sisi "netral".
Lubang ketiga di tengah stopkontak disebut "ground" yang berguna untuk menjaga kita tidak tersengat listrik jika ada masalah dengan steker atau jika ada kabel bermasalah di alat yang kita gunakan.
Fungsi ini disebut "grounding" karena jika aliran listrik terlepas dari kabel, maka kabel-kabel khusus di lubang ketiga itu dapat mengalirkannya ke tanah.
Untuk mendorong aliran listrik mengaliri kabel, sistem elektrik menggunakan tekanan yang disebut voltase. Semakin tinggi voltase, semakin kuat tekanannya.
Bayangkan ini seperti aliran air: air bisa menetes, mengalir, atau bahkan menyembur kuat hingga kita terjatuh.
Simak video pilihan berikut:
Membangun jaringan listrik
Saat penemu-penemu seperti Thomas Edison, George Westinghouse dan Nikola Tesla membangun jaringan transmisi modern pertama di AS pada 1880-an, voltase yang dialirkan ke rumah-rumah ditetapkan pada 110 volt.
Sebagian besar alat yang menggunakan listrik zaman itu - terutama pencahayaan - bekerja paling baik dengan voltase 110 volt. Ini masih menjadi standar di AS, walau pada praktiknya saat voltase yang mengalir di rumah cenderung lebih tinggi sedikit.
Namun saat orang mulai membangun jaringan listrik di negara lain, mereka mencoba membuat perbaikan.
Perusahaan-perusahaan di Eropa menyadari bahwa mengalirkan listrik pada 220 volt, alih-alih 110 volt, lebih murah.
Pada voltase tinggi, perusahaan listrik dapat mengirimkan tenaga yang sama dengan aliran lebih rendah.
Bayangkan ini seperti sungai sempit yang mengalir cepat dibanding sungai lebar yang mengalir lambat.
Aliran yang lebih rendah membutuhkan kabel yang lebih tipis. Karena tembaga yang menjadi bahan dasar kabel listrik harganya mahal, voltase tinggi dapat menghemat uang.
Steker bundar juga merupakan inovasi pada masa awal. Bentuk ini dianggap lebih aman karena lebih pas saat dicolok.
Awalnya, steker di AS hanya memilik dua pin, tanpa pin ground. Teknisi mulai mendiskusikan gagasan bahwa pin ground membuat steker lebih aman pada 1920-an. Banyak negara mengadopsi pin ground ini dengan segera, tapi tidak selalu menjadikannya sebagai standar.
Misalnya, walau AS menggunakan steker ini untuk beberapa peralatan, steker ini tidak menjadi standar untuk penggunaan di rumah hingga 1971.
Jadi karena banyak negara mengadopsi inovasi pada waktu yang berbeda-beda, steker yang mereka gunakan juga berubah seiring waktu.
Saat ini sebagian besar rumah-rumah di seluruh dunia sudah memiliki akses listrik, maka satu steker standar untuk seluruh dunia tentu akan lebih memudahkan ketimbang beragam jenis steker.
Namun, perubahan akan memakan biaya triliunan rupiah bagi negara-negara untuk mengubah stopkontak, mengubah cara membangun, dan bahkan mengubah cara produksi peralatan.
Maka tidak mengejutkan kalau negara-negara lebih suka menggunakan uang untuk hal lain.
Pada dasarnya, semua negara mendukung gagasan satu steker yang sama untuk seluruh dunia, tapi tidak ada yang mau berubah.
Jadi untuk waktu yang cukup lama ke depan, kita tetap perlu membawa adaptor steker kalau kita pergi ke luar negeri.
*Artikel ini menyadur tulisan karya Theodore J Kury untuk The Conversation dengan judul asli: 'Curious Kids: mengapa beda negara, beda stekernya?'
Advertisement