Liputan6.com, Kendari - Seekor ikan hiu paus (Rhincodon typus), membuat heboh warga di sepanjang jalur Sungai Wanggu, Jalan Kolonel ZA Sugianto, Kelurahan Kambu, Kecamatan Kambu, Kota Kendari, Sabtu (2/1/2021). Sekitar pukul 07.15 Wita, ikan terbesar di dunia itu, mendadak terlihat masuk di dalam aliran sungai kecil di belakang rumah warga.
Seorang warga yang tinggal di pesisir Sungai Wanggu, H Muhammad Said (60), pertama kali melihat keberadaan ikan sepanjang tiga meter lebih. Kejadiannya, selepas salat subuh.
Anak Muhammad Said, Indah (29), ditemui di lokasi kejadian, mengatakan ayahnya mendapat informasi sekitar beberapa jam sebelum warga berdatangan. Saat itu, seorang warga yang membangun pemukiman di pinggir sungai, merasakan dinding rumahnya bergetar.
Baca Juga
Advertisement
"Sempat berpikir gempa kecil, pemilik rumah langsung lari melapor ke warga sekitar," kata Indah.
Dia menceritakan, ayahnya juga menyadari keberadaan ikan hiu paus sekitar pukul 05.00 Wita. Bersamaan dengan itu, warga mulai ramai mendatangi lokasi.
"Waktu kita menonton, ikan terlihat berenang menjauh dari rumah menuju sungai di belakang RSU Kota Kendari. Warga lain mulai datang, kemudian mulai ramai," ujar wanita yang sempat ikut memegang ikan hiu paus itu.
Sekitar pukul 07.00 Wita, saat sungai yang bermuara di Teluk Kendari itu mulai surut, ikan terlihat kesulitan berenang. Sungai Wanggu saat air laut surut,mengandung lumpur cukup tebal.
"Mungkin ikan kelelahan beranang, warga sekitar turun ke dalam sungai lalu bantu dorong-dorong supaya hiu kembali ke laut," ujar Indah.
Om Black, warga lain yang ikut mengevakuasi paus mengatakan, kejadian ini baru pertama kali terjadi di Sungai Wanggu. Sebab, keruhnya air sungai, menyebabkan warga jarang melihat lalu-lalang ikan atau hewan lautnya.
Warga yang dibantu tim BKSDA Sulawesi Tenggara, diketahui mendorong hiu paus hingga ke menuju teluk Kendari. Evakuasi ikan menuju teluk, baru berhasil sekitar pukul 13.30 Wita.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Tim SAR Kesulitan
Saat proses evakuasi hiu paus, warga dan pihak BKSDA Sultra, sempat kesulitan. Bahkan, tim SAR Kendari yang berusaha masuk ke lokasi, tidak berbuat banyak karena sungai sedang surut.
Saat itu, kedalaman air sungai hanya setinggi pinggang orang dewasa. Masalah lainnya, dasar sungai dipenuhi lumpur setinggi 40 sentimeter.
Perahu Basarnas atau Polairud Polda Sultra hanya bisa menunggu di muara sungai. Jika memaksa masuk, tim SAR mengkhawatirkan badan perahu kandas akibat lumpur.
Kepala Wilayah II Bagian Konservasi BKSDA Sultra, La Ode Kaida menyatakan, lima sampai enam orang warga, berganti-gantian mendorong hiu paus menuju laut lepas. Hal ini disebabkan kondisi sungai dangkal dan perahu tidak bisa leluasa masuk.
"Kita evakuasi, lalu bawa ke teluk," ujarnya.
Saat Tim SAR berhasil menggiring ikan hiu paus hingga ke teluk dengan bantuan tali, kondisi laut Teluk Kendari mulai pasang. Bersamaan dengan itu, hiu paus mulai bergerak liar. Tidak mau mengambil resiko, tim kemudian melepasliarkan ikan di teluk.
Advertisement
Penyebab Paus Terjebak di Sungai
Keberadaan ikan hiu paus di aliran sungai kecil di Kota Kendari, mendapat tanggapan dari Asosiasi Dokter Hewan Megafauna Akuatik Indonesia. Drh Dwi Suprapti MSi, menyatakan, ikan hiu paus biasanya masuk ke perairan dangkal, mengikuti air pasang.
"Bergerak mengikuti arah arus. Biasanya, kondisi ph dan salinitas masih sama," ujarnya.
Dia melanjutkan, kemungkinan dia terjebak di dalam sungai, karena asyik mengejar makanannya. Biasanya, hiu paus mengejar ikan ikan teri yang bergerombol.
"Sehingga, dia terjebak di sungai kecil itu," tambahnya.
Wanita yang pernah aktif di WWF Indonesia ini menyatakan, karakteristik hiu paus juga tidak bisa berenang mundur dengan mudah. Sehingga, dengan kondisi sungai yang sempit ditambah lumpur, bisa jadi alasan ikan terjebak.
Dia menjelaskan, untuk bisa bermanuver di dalam air, hiu paus membutuhkan lebar setidaknya dua kali panjang tubuhnya. Sehingga, dia menduga cukup sulit bagi ikan berenang.
Data Hiu Paus Terdampar di Indonesia
Menurut Dwi Suprapti, kasus hiu paus terdampar di Indonesia, cukup sering. Selama 2020, berdasarkan data IAM Flying Ve, terdapat 21 kasus hiu Paus terdampar.
Dari kejadian ini, rata-rata ditemukan terdampar di wilayah pesisir laut Indonesia dengan jumlah total 22 ekor. Dari jumlah keseluruhan, 20 kejadian terdampar secara single.
"Satu kejadian lainnya, terdampar 2 individu bersamaan," ujar Dwi Suprapti dalam rilisnya.
Dia menambahkan, 10 individu ditemukan dalam kondisi terdampar hidup. Sedangkan 12 individu lainnya, ditemukan sudah dalam kondisi mati.
"Dari 10 individu terdampar hidup, 8 diantaranya berhasil dilepaskan kembali ke laut. Dua ekor sisanya, tidak bertahan hidup karena kondisinya lemah," ujarnya.
Advertisement