Cerita Akhir Pekan: Ceruk Pasar Wisatawan Bekerja dari Bali

Kerja dari Bali jadi satu pilihan menarik bagi wisatawan. Bagaimana ceruk pasarnya?

oleh Komarudin diperbarui 06 Mar 2021, 02:37 WIB
Ilustrasi Bali (dok. unsplash/Jeremy Bishop)

Liputan6.com, Jakarta - Bali jadi salah satu destinasi wisata yang banyak mendapat sorotan selama pandemi corona Covid-19. Hal itu bisa dimaklumi karena selama ini Bali jadi destinasi favorit di Indonesia dan dunia.

Di masa pandemi corona Covid-19, Bali memiliki ceruk pasar yang besar bagi wisatawan yang bekerja dari Pulau Dewata itu. Tak hanya wisatawan nusantara (wisnus), tapi wisatawan mancanegara (wisman).

"Pandemi corona Covid-19 membuat orang bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH). Bagi wisatawan yang sudah berada di Bali, mereka bisa bekerja dari sana, terutama wisman," ujar pengamat pariwisata Robert Alexander Moningka saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu malam, 2 Januari 2021.

Selain bekerja, kata lelaki yang akrab disapa Bob, wisatawan juga bisa mengunjungi tempat-tempat yang indah di Bali kapan saja mereka mau dan mereka tetap dapat penghasilan. Mereka bekerja berdasarkan result oriented, bukan secara tatap muka.

"Saya awal November hingga awal Desember lalu berkunjung ke Bali. Banyak sekali bule yang berada di sana, terutama di Ubud. Mereka memang tidak berkeliaran di jalan-jalan, tapi mereka berada di kafe-kafe dan restoran. Mereka banyak yang membawa laptop, mereka bekerja dari sana," tegas Bob.

Kata Bob, hal yang sama juga ia saksikan saat berada di Canggu. Banyak wisman yang berada di kafe-kafe maupun restoran dan tetap menerapakan protokol kesehatan.

Meski tidak penuh, lanjut Bob, tapi banyak wisman di sana. Boleh jadi, ketimbang mereka bekerja dari Singapura atau di Australia, mereka mungkin pilih di Bali karena biaya hidup di sana lebih terjangkau.

"Buat mereka bekerja dari Bali bisa lebih menyenangkan dengan biaya yang terjangkau ketimbang bekerja dari negara lain. Selain wisman, wisnus juga banyak yang bekerja dari sana, terutama mereka yang berasal dari kalangan menengah ke atas, meski tak sebanyak wisman," ujar Bob.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Infrastruktur dan CHSE

Ilustrasi Bali (Dok.Unsplash)

Bali memang menjadi salah satu magnet bagi wisnus dan wisman. Dengan adanya pandemi corona Covid-19, Bali jadi salah satu ceruk pasar wisatawan yang bekerja dari sana. Namun, ke depan harus lebih dipersiapkan infrastrukturnya, seperti Internet yang baik juga tempat untuk rapat secara daring.

"Mereka bekerja dari sana sambil staycation, tapi infrastruktur IT-nya memang harus dipersiapkan oleh operator pariwisata itu dengan baik. Selain itu, agar mereka yang bekerja dari sana merasa lebih aman dan nyaman, maka CHSE harus benar-benar diterapkan," ujar pemerhati pariwisata, Muslim Jayadi kepada Liputan6.com.

Oleh karena itu, lanjut lulusan dari IPB University dan Universitas Gadjah Mada ini, CHSE yaitu Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment (Ramah lingkungan) harus terus disampaikan kepada masyarakat. Selama ini CHSE belum terkomunikasikan dengan baik kepada masyarakat.

"CHSE baru dikenal di kalangan kalangan hotel, sementara di restoran masih belum banyak. Masyarakat belum tahu bahwa jika suatu tempat sudah tersertifikasi oleh kementerian, maka tempat itu sudah aman, tinggal wisatawannya merasa aman atau tidak. Jadi, masyarakat harus diinformasikan tentang CHSE, apalagi bagi mereka yang ingin liburan atau staycation  sambil bekerja di Bali," kata Muslim.

Saat ini, kata Muslim, Bali jadi lebih aman dengan penerapan swab test bagi wisatawan yang berkunjung ke sana. Meski bagi dunia pariwisata, swab test jadi hal yang dilematis, tapi swab test membuat wisatawan menjadi lebih aman dan nyaman.

"Saya mengimbau kepada para pelaku pariwisata untuk menggenjot penerapan CHSE. Dengan penerapan itu, maka akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap dunia pariwisata, tak hanya Bali, tapi juga di tempat lain," tutur Muslim.

Saat ini ceruk pasar wisatawan yang bekerja dari Bali, masih masih kecil, tapi bukan tidak mungkin ke depan akan makin besar. Wisatawan mancanegara yang bekerja jarak jauh dari Bali akan jauh lebih lama, tak hanya seminggu.

"Meski ceruk pasarnya masih kecil, tapi mereka stay lebih lama. Mereka bekerja dari sana sambil mencari pengalaman baru," kata Muslim. "Jadi, CHSE harus benar-benar diterapkan agar semua merasa aman dan nyaman," imbuh dia.

 


Nyepi di Bali tanpa Internet

Infografis Nyepi di Bali tanpa Internet

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya