Ada Amerika di Balik Mengecilnya Ukuran Tempe di Garut

Harga kedelai yang terus meroket cukup memberatkan pengrajin tempe hingga akhirnya mengurangi besaran tempe yang dijual bagi masyarakat.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 04 Jan 2021, 10:00 WIB
Butiran kacang kedelai impor Amerika menjadi salah satu komoditas yang sangat dibutuhkan pengrajin tempe di Garut, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Perajin tempe di Garut, Jawa Barat mulai mengeluhkan kenaikan harga beli kacang kedelai saat ini. Mereka meminta pemerintah segera melakukan Operasi Pasar (OP) untuk menstabilkan harga.

Abdul Aziz (30), salah satu pengrajin tempe di kampung Ciawitali, Garut mengatakan, kenaikan harga beli kacang kedelai sudah berlangsung sejak tiga bulan terakhir menjelang pergantian tahun.

“Namun yang paling melonjak (kenaikan harga) dirasakan dalam dua bulan terakhir atau sekitar November-Desember,” kata dia, Minggu (3/1/2021).

Menurutnya, memasuki kuartal terakhir 2020 lalu, harga beli kacang kedelai terus menunjukan kenaikan. Awalnya harga kedelai berkisar Rp6.500 – Rp7.000 per kilogram. Namun perlahan tapi pasti, kini harga kedelai sudah melintas angka Rp9.000 lebih per kilogram.

“Sekarang berada di harga Rp9.000- Rp9.500 per kilogram,” kata dia.

Hal senada disampaikan Koko Komarudin, pengrajin tempe lainnya. Menurutnya, kenaikan harga kedelai memang tidak terlalu besar, namun berlangsung secara singkat. “Kadang satu bulan bisa beberapa kali,” ujar Komarudin.

Akibatnya, jika dibanding harga semula, kenaikan harga kedelai saat ini sudah di atas Rp2.000 per kilogram.

“Dulu awalnya di angka Rp7.300 per kilo, sekarang sudah di atas Rp9.000 lebih per kilo,” ujar dia.

Untuk mempertahankan daya beli terutama para pelanggan akhirnya mereka mengecilkan ukuran tempe yang akan dijual kepada masyarakat.

“Biasanya satu kilo bisa 4-5 biji, sekarang bisa jadi Rp6 biji, ya kita siasati saja agar pembeli tetap bisa  dilayani,” ujar Aziz.

Aziz menyatakan, penjualan tempe tidak seperti komoditas pertanian yang mengikuti selera pasar, namun justru harus pintar memutar otak saat harga kacang kedelai melambung tinggi, untuk mempertahankan pelanggan.

“Kalau penjualan tempe sengaja dinaikan, pelanggan langsung keberatan dan sulit juga menjualnya,” kata dia.

 

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:


Penyebab Kenaikan Harga Kedelai

Ratusan karung kacang kedelai impor di salah satu gudang agen kacang kedelain di Garut, siap melayani kebutuhan masyarakat terhadap komoditas kacang kedelai. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Yudi, salah satu agen distributor kacang kedelai  di Garut mengakui kenaikan harga kedelai mulai berlangsung sejak September dan Oktober.

“Untuk bulan Desember sendiri kenaikan kurang lebih lima kali,” ujar dia.

Awalnya harga kacang kedelai di tingkat agen distributor berkisar sekitar Rp7.000 untuk merk bola merah, serta Rp6.900 untuk merk segitiga. Namun saat ini sudah berkisar di angka Rp9.000 lebih per kilogram.

Pemilik PDH Oman Putra itu menyatakan, berdasarkan informasi yang ia terima dari importir kedelai, ada beberapa alasan kenaikan harga salah satu komoditas dari Amerika Serikat tersebut.

“Pertama tentu pandemi COVID-19 salah satunya kapal ekpedisi pengangkut kedelai terganggu protokoler COVID-19,” ujar dia.

Faktor kedua ujar dia, kenaikan harga akibat kenaikan dolar nilai mata uang dolar, sementara nilai rupiah masih terpuruk.

“Amerika sendiri panen raya kedelai mulai didistribusikan di bulan Januari ,” ujar dia.

Dengan kondisi itu, praktis pasokan kedelai di seluruh mitra dagang Amerika, termasuk Indonesia menipis yang mengerek kenaikan kedelai di dalam negeri.

“Semoga pasokan kembali melimpah sehingga harga kembali normal bagi pedagang,” kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya