Liputan6.com, Jakarta TNI Angkatan Laut ungkap kecanggihan drone bawah air yang ditemukan oleh nelayan Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan, benda yang drone tersebut bernama seaglider.
Yudo mengatakan bahwa seaglider biasa digunakan untuk keperluan survei dan data oseanograf atau bawah laut, karena seaglider merupakan alat yang bisa mengambil data dan bisa diakses dari manapun.
Advertisement
Yudo kemudian menjelaskan apa itu seaglider dan bagaimana sistem kerjanya.
"Alat ini banyak digunakan untuk keperluan survei atau untuk mencari data oseanografi di laut, di awah lautan. Ini bisa diakses melalui website oleh semua yang bisa mengakses data," kata Yudo Margono, saat konferensi pers di Pusat Hidrografi dan Oseanografi (Pushidrosal) TNI AL, Ancol, Jakarta Utara, Senin (4/1/2020).
Yudo mengagakan, industri manapun bisa menggunakan alat ini. Industri perikanan mislanya, alat ini digunakan untuk mencari ikan. Kemudian pada industri pertambangan biasa menggunakan alat ini untuk keperluan pengeboran.
"Alat ini bisa digunakan untuk industri maupun digunakan untuk pertahanan. Tergantung siapa yang memakai," katanya.
Kemudian Yudo membeberkan karakteristik fisik dari seaglider itu. Berdasarkan penelitian TNI AL selama satu minggu, seaglider berukuran 2,25 meter itu terbuat dari aluminium dengan dua sayap, propeller, serta antena belakang. Di badan seaglider, terdapat instrumen yang mirip kamera.
"Badannya terbuat dari aluminium dengan dua sayap 50 cm, panjang bodi 225 cm, kemudian propeller 18 cm di bawah, panjang antena yang belakang 93 cm. Kemudian terdapat instrumen mirip kamera terletak di bodi, ini yang di atas sini," ujarnya.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Belum Temukan Pemiliknya
Namun, Yudo tidak menemukan logo ataupun ciri-ciri perusahaan pembuat seaglider itu. Dia pun menegaskan, pihaknya tidak mengubah ataupun mengutak-atik seaglider itu sama sekali.
"Kemudian tidak ditemukan ciri-ciri perusahaan negara pembuat. Tidak ada tulisan apa pun di sini, dari awalnya demikian. Kita tidak merekayasa, masih persis seperti yang ditemukan nelayan," tegasnya.
Dia menegaskan kembali bahwa seaglider itu kondisinya masih sama seperti saat pertama kali ditemukan oleh para nelayan tanggal 26 Desember 2020 lalu.
"Seaglider ini masih asli (seperti) yang ditemukan nelayan tersebut pada tanggal 26 Desember pukul 07.00 waktu setempat, di mana saat itu nelayan memancing alat tersebut muncul kemudian ditemukan, dilaporkan pada Babinsa dan dibawa ke Koramil," ujarnya.
Kemudian, setelah mendapat persetujuan dengan Dandim Selayar, TNI AL mendapatkan izin untuk melakukan kerjasama mengenai penelitian seaglider itu.
"Karena ada hubungannya dengan Angkatan Laut dan penelitian, kita teliti tentang fungsi alat tersebut sehingga kita bawa ke sini," tutup dia.
Reporter: Rifa Yusya Adilah
Sumber: Merdeka
Advertisement