Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sepanjang tahun 2020 mencapai 1,68 persen. Angka ini menjadi inflasi terendah sejak 2014 lalu atau selama enam tahun kebelakang.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto mngatakan, inflasi 2020 sebesar 1,68 persen merupakan yang terendah sejak angka ini pertama kali dirilis. Pelemahan inflasi terjadi karena penurunan daya beli masyarakat yang tertekan selama pandemi Covid-19.
Advertisement
"Jadi ini memang terendah angkanya sejak BPS merilis angka inflasi kita," katanya di Jakarta, Senin (4/1).
Menurut komponennya, inflasi selama 2020 disumbang oleh harga bergejolak sebesar 0,36 persen, lalu harga yang diatur pemerintah 0,06 persen, dan inflasi inti yang menggambarkan daya beli masyarakat 0,03 persen.
"Kalau dilihat tingkat inflasi inti 2020 year on year menunjukkan bahwa terjadi penurunan sejak bulan Agustus, bahkan Juli sebesar 2,07 persen, kemudian Desember 1,60 persen," jelas dia.
Dia menambahkan, inflasi inti memang mulai positif dengan mencatat inflasi 0,05 persen pada Desember tahun lalu. Hal ini menjadi sinyal positif setelah dalam beberapa bulan sebelumnya, inflasi inti selalu mencatatkan tren penurunan.
Meski begitu, Setianto belum bisa memastikan apakah daya beli masyarakat menunjukan perbaikan pada akhir 2020. Menurut dia, ada beberapa komponen lain yang juga bisa digunakan untuk menggambarkan daya beli masyarakat.
"Apakah pasti menunjukkan daya beli membaik? Perlu dilengkapi dengan tingkat konsumsi rumah tangga, kemudian geliat demand di pasar. Namun secara umum bisa kita berharap bahwa daya beli masyarakat akan terus membaik di masa yang akan datang," pungkasnya.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Inflasi 2020 Sebesar 1,68 Persen Jadi yang Terendah Sejak 2014
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi sepanjang tahun 2020 mencapai 1,68 persen. Tercatat jika besaran angka inflasi ini merupakan yang terendah selama 6 tahun atau sejak 2014.
Mengacu data BPS, sejak 2014, inflasi tahunan mencapai 8,36 persen kemudian turun pada 2015 mencapai 3,35 persen. Kemudian untuk 2016 Berada di posisi 3,02 pesen, 2017 3,61 persen, 2018 3,13 persen dan 2019 2,72 persen.
"Kalau kita bandingkan sampai dengan 2014 ini menunjukkan inflasi yang terendah," kata Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS, Setianto di Kantornya, Jakarta, Senin (4/1/2021).
Adapun inflasi pada Desember 2020 tercatat sebeasar 0,45 persen. Inflasi Desember tersebut dipengaruhi kenaikan harga komoditas antara lain, cabe merah, telur ayam ras, cabai rawit, hingga tarif angkutan udara.
"Dari 90 kota ihk 87 kota mengalami inflasi 3 kota mengalami deflasi," imbuhnya.
Adapun kota yang mengalami inflasi tertinggi kota adalah gunung Sitoli yaitu sebesar 1,87 persen. Pemicu utama inflasi kenaikan harga cabe merah dengan 0,6 persen kemudian cabe rawit 0,38 persen. Kemudian inflasi terendah di kota Tanjung Selor yaitu sebesar 0,05 persen.
Sementara ada beberapa kota yang juga mengalami deflasi diantaranya yang tertinggi adalah Luwuk sebesar minus 0,26.persen, utamanya untuk deflasi di Luwuk adalah dari cabe merah besar 0,1 persen kemudian angkutan udara 0,09 persen. Sedangkan deflasi terendah ada di Ambon minus 0,07 persen.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement