Liputan6.com, Jakarta - Pihak TNI Angkatan Laut atau TNI AL angkat bicara soal penemuan pesawat nirawak (drone) bawah air yang ditemukan nelayan Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan pada 26 Desember 2020 lalu.
Menurut Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Yudo Margono, drone tersebut bernama seaglider. Ia pun mengungkapkan kecanggihannya.
Advertisement
"Seaglider biasa digunakan untuk keperluan survei dan data oseanograf atau bawah laut, karena seaglider merupakan alat yang bisa mengambil data dan bisa diakses dari manapun," ujar Yudo saat konferensi pers di Pusat Hidrografi dan Oseanografi (Pushidrosal) TNI AL, Ancol, Jakarta Utara, Senin (4/1/2020).
Berikut 5 pernyataan TNI AL soal drone bawah air yang ditemukan nelayan Kepulauan Selayar dihimpun Liputan6.com:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ungkap Kecanggihan Drone
TNI Angkatan Laut ungkap kecanggihan drone bawah air yang ditemukan oleh nelayan Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan, benda tersebut bernama seaglider. Menurut dia, seaglider biasa digunakan untuk keperluan survei dan data oseanograf atau bawah laut, karena seaglider merupakan alat yang bisa mengambil data dan bisa diakses dari manapun.
Yudo kemudian menjelaskan apa itu seaglider dan bagaimana sistem kerjanya.
"Alat ini banyak digunakan untuk keperluan survei atau untuk mencari data oseanografi di laut, di awah lautan. Ini bisa diakses melalui website oleh semua yang bisa mengakses data," kata Yudo Margono, saat konferensi pers di Pusat Hidrografi dan Oseanografi (Pushidrosal) TNI AL, Ancol, Jakarta Utara, Senin (4/1/2020).
Yudo mengatakan, industri manapun bisa menggunakan alat ini. Industri perikanan misalnya, alat ini digunakan untuk mencari ikan. Kemudian pada industri pertambangan biasa menggunakan alat ini untuk keperluan pengeboran.
"Alat ini bisa digunakan untuk industri maupun digunakan untuk pertahanan. Tergantung siapa yang memakai," kata dia.
Advertisement
Drone Mampu Deteksi Organisme Bawah Laut
Sesuai namanya, underwater seaglider hanya bisa mendeteksi data-data benda-di bawah laut saja. Termasuk kedalaman air laut, salinitas, arus, dan data-data lain yang berkaitan dengan laut.
Lebih lanjut lagi, seaglider ini lebih familiar digunakan untuk bisa mengarahkan kapal penangkap ikan. Sebab, kata Yudo, seaglider bisa dengan cepat mendeteksi organisme bawah laut seperti ikan-ikan.
"Data yang dikumpulkan dari Underwater Sea Glider yaitu, oksigen untuk mengetahui kadar oksigen di bawah laut, kemudian batimetri ini untuk keperluan industri," ucap dia.
"Kemudian kemampuan accoustic recording ini untuk merekam keberadaan ikan dan hewan bawah laut ini seperti lumba-lumba. Seahlider juga bisa juga untuk kegiatan industri perikanan, di mana kalau banyak plankton, maka tandanya banyak ikan, sehingga bisa mengarahkan kapal-kapalnya," sambung dia.
Singkatnya, kata Yudo, alat berukuran 2,25 meter ini secara teknis bisa diluncurkan dari sebuah kapal, kemudian bergerak di bawah permukaan laut untuk mencaru data-data bawah laut. Yudo mengatakan, alat ini bisa beroperasi selama 2 tahun di lautan.
Beberkan Karakteristik Drone
Kemudian Yudo membeberkan karakteristik fisik dari seaglider yang ditemukan nelayan itu.
Berdasarkan penelitian TNI AL selama satu minggu, seaglider berukuran 2,25 meter itu terbuat dari aluminium dengan dua sayap, propeller, serta antena belakang. Di badan seaglider, terdapat instrumen yang mirip kamera.
"Badannya terbuat dari aluminium dengan dua sayap 50 cm, panjang bodi 225 cm, kemudian propeller 18 cm di bawah, panjang antena yang belakang 93 cm. Kemudian terdapat instrumen mirip kamera terletak di bodi, ini yang di atas sini," papar dia.
Advertisement
Lakukan Penelitian Drone dan Gandeng BPPT
Yudo lalu menegaskan kembali bahwa seaglider itu kondisinya masih sama seperti saat pertama kali ditemukan oleh para nelayan tanggal 26 Desember 2020 lalu.
"Seaglider ini masih asli (seperti) yang ditemukan nelayan tersebut pada tanggal 26 Desember pukul 07.00 waktu setempat, di mana saat itu nelayan memancing alat tersebut muncul kemudian ditemukan, dilaporkan pada Babinsa dan dibawa ke Koramil," ucap dia.
Kemudian, setelah mendapat persetujuan dengan Dandim Selayar, TNI AL mendapatkan izin untuk melakukan kerjasama mengenai penelitian seaglider itu.
Menurut dia, TNI AL pun berencana untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait seaglider ini bersama Kementerian Riset dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
"Nanti kita akan teliti lebih dalam lagi di Pushidrosal dan kita koordinasikan dengan Kemristek dan BPPT. Sehingga kita bisa meneliti lebih dalam alat tersebut," terang dia.
Belum Temukan Pemilik dan Tegaskan Bukan Alat Pengintai
Meskipun TNI AL sudah meneliti drone bawah air seberat 175 kilogram itu selama satu minggu, namun pihaknya tetap tidak menemukan tanda-tanda atau petunjuk apapun, siapa pemilik seaglider itu.
"Saya tidak bisa menentukan siapa pemiliknya. karena datanya maupun tulisan (nama perusahaan atau negara pembuat) di luarnya ini tidak ada," kata Yudo.
Dia pun menegaskan, seaglider itu bukanlah alat pengintai. Sebab, kata Yudo, seaglider tidak bisa mendeteksi kapal selam ataupun kapal yang berada di atas permukaan air.
"Alat ini tidak bisa untuk mendeteksi kapal selam maupun mendeteksi kapal atas air," ujarnya
Sesuai namanya, underwater seaglider hanya bisa mendeteksi data-data benda-di bawah laut saja. Termasuk kedalaman air laut, salinitas, arus, dan data-data lain yang berkaitan dengan laut.
"Seaglider ini hanya untuk data-data kedalaman air laut di bawah permukaan. Tidak bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan kapal-kapal kita, kapal atas air. Hanya (mengambil) data-data bawah air," tegas Yudo.
(Muhammad Sulthan Amani)
Advertisement