Pertama Kali, Korea Selatan Catat Angka Kematian Lebih Tinggi dari Kelahiran

Angka kelahiran di Korea Selatan pada 2020 turun 10 persen dibanding tahun sebelumnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Jan 2021, 12:00 WIB
Sepasang kekasih mengenakan masker saat bersepeda di sebuah taman di Seoul, Korea Selatan, 7 Maret 2020. Hingga Kamis (12/3/2020) pagi, jumlah kasus virus corona COVID-19 di Korea Selatan sebanyak 7.755 orang terinfeksi, 60 meninggal, dan 288 sembuh. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Liputan6.com, Jakarta Korea Selatan untuk pertama kalinya mencatat angka kematian lebih tinggi ketimbang angka kelahiran sepanjang tahun 2020.

Hanya 275.800 bayi yang lahir di Korea Selatan pada 2020 lalu, turun 10 persen dari tahun 2019. Sementara jumlah warga Korea Selatan yang meninggal dunia tercatat sebanyak 307.764 orang seperti mengutip BBC.

Angka tersebut menjadi peringatan serius bagi Korea Selatan, karena negara tersebut merupakan negara dengan tingkat kelahiran terendah di dunia.

Hal tersebut mendorong Kementerian Dalam Negeri Korea Selatan untuk menyiapkan perubahan mendasar pada kebijakan. Jika populasi negara menurun bakal memberi tekanan yang sangat besar.

Penurunan populasi kaum muda, akan menyebabkan kekurangan tenaga kerja yang berdampak langsung pada perekonomian negara.

 

Saksikan Juga Video Berikut


Insentif Bila Punya Anak

ilustrasi insentif memiliki anak /Photo by Pixabay on Pexels

Bulan lalu, Presiden Moon Jae-in meluncurkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi tingkat kelahiran yang rendah, termasuk insentif tunai untuk keluarga.

Dalam kebijakan yang dibuat Moon, mulai tahun 2022, setiap anak yang lahir akan menerima bonus uang tunai sebesar 2 juta won untuk membantu menutupi biaya prenatal, serta pembayaran bulanan sebesar 300.000 won yang dibagikan hingga bayi berusia satu tahun. Insentif akan meningkat menjadi 500.000 won setiap bulan mulai 2025.

Berdasarkan laporan dari BBC, penyebab rendahnya angka kelahiran di Korea Selatan adalah karena wanita di Korea Selatan yang berusaha untuk mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan tuntutan hidup lainnya.

Hyun-yu Kim adalah salah satunya. Anak tertua dari empat bersaudara ini, bermimpi memiliki keluarga besar sendiri. Namun, dihadapkan pada kondisi yang tidak ramah keluarga di Korea Selatan, dia pun mempertimbangkan kembali rencananya untuk memiliki anak.

Hyun baru-baru ini juga menerima pekerjaan baru, namun dirinya cemas terkait mengambil cuti untuk melahirkan.

"Orang-orang mengatakan kepada saya bahwa lebih aman membangun karier saya dulu," katanya. 

Selain itu, mahalnya harga rumah di Korea Selatan juga menjadi salah satu faktor kenapa wanita ragu untuk memiliki anak. Hyun mengatakan, harga properti yang meningkat pesat juga membuat pasangan muda putus asa.

"Untuk memiliki anak, Anda harus memiliki rumah sendiri. Tapi ini telah menjadi mimpi yang mustahil di Korea." ujarnya.

Hyun juga tidak yakin dengan insentif yang ditawarkan oleh pemerintah.

"Membesarkan anak itu mahal. Pemerintah yang memberikan tambahan beberapa ratus ribu won tidak akan menyelesaikan masalah kita."

Penulis: Rizki Febianto

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya