Liputan6.com, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir baru-baru ini melakukan pengecekan sejumlah fasilitas stasiun pengisian mobil listrik (charging station). Tidak cuma itu, ia juga menyempatkan diri menjajal mobil listrik.
Erick Thohir optimistis Indonesia bisa menjadi pemain utama industri kendaraan listrik. Terlebih lagi ongkos penggunaan (operasional) di jalan diklaim jauh lebih murah ketimbang kendaraan pembakaran internal.
"Ketika saya mencoba mengendarai mobil listrik. Kemudian mengecek kesiapan stasiun pengisian kendaraan listrik (charging station) di Bali. Mobil elektrik ini sudah dicoba oleh tim PLN dari Jakarta ke Bali. Yang apabila dengan BBM ongkosnya adalah Rp 1,1 juta. Maka dengan mobil listrik hanya Rp 200 ribu. Hal ini tentunya sangat menghemat, terutama di saat pandemi seperti ini," jelas Menteri BUMN, Erick Thohir dalam keterangan resmi (2/1).
Baca Juga
Advertisement
Erick juga berkomentar soal ketahanan energi nasional. Sebab saat ini Indonesia impor 1,5 juta barrel per hari untuk BBM. Angkanya setara dengan Rp 200 triliun saban tahun.
Menurutnya, mobil listrik adalah solusi untuk mengurangi berpindahnya devisa ke luar negeri. Bahkan dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) pada 2025. Pemerintah menargetkan 2.200 unit mobil listrik dan 2,13 juta unit motor listrik diproduksi.
Jumlah ini meningkat menjadi 4,2 juta unit mobil (EV) dan 13,3 juta unit motor setrum pada 2050. Tak lupa dipasang target pembangunan stasiun pengisian kendaraan bermotor listrik (SPKLU) mencapai 2.400 titik hingga 2025.
Mobil listrik itu, lanjut Erick, tak hanya manfaat bagi ekonomi saja. Melainkan jua faedah bagi lingkungan. Hal ini sejalan dengan misi untuk mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
"Mobil listrik lebih ramah lingkungan. Emisi yang dihasilkan lebih rendah dibanding kendaraan yang menggunakan bahan bakar minyak. Sehingga bisa mengurangi polusi udara juga polusi suara. Bahkan PLN memberikan diskon 30 persen untuk isi daya di malam hari," ungkap dia.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Memperbaiki Layanan
Hal ini sudah sesuai dengan perintah Menteri BUMN ke PLN sejak awal agar memperbaiki layanan kepada masyarakat. Termasuk mengubah strategi usahanya sesuai dengan pola kehidupan masyarakat karena pandemi.
Yakni supaya perseroan terus mengantisipasi pengembangan mobil listrik. Saat ini Perusahaan Listrik Negara juga sudah masuk dalam konsorsium BUMN. Khususnya dalam membangun baterai listrik dengan Korea dan China.
"Saya sudah perintahkan PLN untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan mengubah strategi bisnisnya paska pandemi. Alhamdulillah, PLN sudah on-track dan sudah ikut dalam konsorsium BUMN untuk pembuatan EV battery. Mereka kerja sama dengan perusahaan dari Korea dan Cina. Insya Allah, pada Februari ini, saya akan membuka pembicaraan dengan Tesla untuk mengembangkan kerja bareng ini. Selain mengantisipasi mobil listrik, sudah seharusnya juga PLN aktif mengembangkan kompor listrik. Hal ini adalah solusi menekan impor bahan bakar," tambahnya.
Advertisement
Indonesia Memiliki Kekayaan Alam yang Melimpah
Ada sejumlah alasan mengapa Indonesia diyakini menjadi pemain utama industri mobil listrik. Paling mendasar, sebagai salah satu negara dengan sumber daya nikel yang terbesar.
Hal ini mendukung menjadi negara produsen utama sumber daya baterai mobil listrik. Demi mewujudkan itu semua. Pemerintah telah membentuk tim untuk mendorong dan mengakselerasi keterlibatan industri dalam negeri.
Tujuannya supaya dapat mengembangkan baterai kendaraan listrik. Kelompok itu terdiri dari perusahaan BUMN di sektor tambang dan energi. Amsal Mind.id, PT Antam, PT PLN dan PT Pertamina.
"Baterai sendiri merupakan komponen utama dalam produksi mobil listrik. Dengan kekayaan alam yang kita miliki. Tentu harus didukung pula dengan kualitas sumber daya manusia agar mampu menjadi produsen utama dalam industri mobil listrik," Erick memungkasi.
Sumber: Oto.com
INFOGRAFIS: Urutan Penerima Vaksin Covid-19 di Indonesia
Advertisement