Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kurang menggembirakan pada 2020. Akan tetapi, sejumlah analis optimistis IHSG bakal positif pada 2021 didorong prospek pemulihan ekonomi Indonesia.
IHSG melemah 5,09 persen ke level 5.979 secara year to date. Sedangkan pada penutupan perdagangan saham 30 Desember 2020, IHSG melemah 0,95 persen ke level 5.979,07.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, IHSG akan bergerak fluktuaktif. Meski demikian, ia optimistis IHSG dapat ditutup menguat pada akhir 2021. Hal itu didukung dari sentimen domestik dan luar negeri.
Baca Juga
Advertisement
Dari domestik, Nafan menuturkan, pemulihan ekonomi Indonesia akan menjadi sentimen positif. Pemulihan ekonomi Indonesia itu diharapkan dari program vaksinasi yang sudah mulai dilakukan Januari 2021. Nafan mengatakan, UU Omnibus law juga akan meningkatkan ekonomi Indonesia sehingga diharapkan bisa berdampak positif pada 2021.
Kemudian stimulus fiskal dan moneter juga diharapkan dapat mengangkat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Selain itu, Nafan juga menilai valuasi saham di Indonesia terutama saham kapitalisasi besar lebih menarik ketimbang di negara maju. Hal tersebut menurut Nafan dapat menarik investor asing untuk menanam investasi di pasar saham Indonesia.
"Value menarik, undervalue, capital inflow juga akan meningkat. Kinerja emiten juga akan lebih progresif,” tutur dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Selasa (5/1/2021).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Prediksi IHSG
Akan tetapi, Nafan mengingatkan pandemi COVID-19 yang masih terjadi masih membayangi kondisi ekonomi Indonesia. Apalagi kalau kembali diterapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) seiring kasus COVID-19 yang belum mereda. Ditambah daya beli masyarakat belum pulih.
Nafan menambahkan, dari sentimen luar negeri didorong dari terpilihnya Joe Biden menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) sehingga diharapkan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China tidak terjadi. “Prediksi dari global ada lockdown dan semenanjung Korea juga patut dicermati,” ujar dia.
Di tengah sentimen tersebut, Nafan prediksi IHSG akan di level resistance 6.348 dan support 5.563 pada akhir 2021.
Sementara itu, PT Mandiri Sekuritas menilai, pada 2021 merupakan titik balik dari pemulihan ekonomi Indonesia. Hal itu didorong dari harapan ketersediaan vaksin COVID-19, peningkatan konsumsi masyarakat, reformasi birokrasi melalui Undang-Undang Cipta Kerja (Omnibus Law).
Kepala Riset PT Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer memprediksi, IHSG akan mencapai 6.850 pada akhir 2021. Hal ini didukung dari pemulihan ekonomi dan reformasi kebijakan di Indonesia pada 2021.
Optimisme ketersediaan vaksin serta ekspektasi produksi, distribusi, pelaksanaan vaksinasi, dan penerimaan masyarakat pada 2021 diharapkan dapat mempercepat terjadinya herd immunity di masyarakat.
Vaksinasi tersebut dapat meningkatkan kepercayaan diri masyarakat untuk kembali beraktivitas seperti normal sehingga akan mendorong peningkatan daya beli.
“Kami melihat ada enam katalis yang akan mendorong kenaikan pasar saham di Indonesia, antara lain pemulihan ekonomi yang didorong vaksinasi, normalisasi dengan konsolidasi industri pascapandemi, likuiditas global dan domestik yang melimpah, suku bunga global yang rendah, kenaikan harga komoditas, serta dimulainya reformasi struktural pemerintah,” kata dia.
Sementara itu, pengamat pasar modal Teguh Hidayat prediksi saham cenderung netral pada 2021. Ia menuturkan, kenaikan pertumbuhan IHSG tidak terlalu besar. Hal ini seiring kinerja emiten belum pulih karena pandemi COVID-19. Ditambah program vaksinasi membutuhkan waktu.
“Naiknya tidak banyak (IHSG-red). IHSG akan berada di kisaran 6.000-6.500 pada akhir tahun,” tutur dia.
Advertisement
Pilihan Sektor Saham
Perbaikan ekonomi global dan domestik akan menguntungkan saham-saham cylical dan juga komoditas. Faktor kedua adalah konsolidasi industri yang akan terjadi terutama di perusahaan-perusahaan yang memiliki struktur modal besar dan memungkinkan ekspansi.
Adrian menyoroti likuiditas domestic yang berlimpah diharapkan akan meningkatkan sisi permintaan konsumsi jika vaksinasi sukses dilaksanakan di Indonesia. Dengan demikian saham-saham yang merupakan proxy dari konsumsi domestic yang bersifat discreationary akan diuntungkan.
Dari faktor global, Indonesia bisa mendapatkan keuntungan dari suku bunga global yang rendah dan likuiditas yang masih berlimpah. Sementara itu, tingkat imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia masih sangat menarik sehingga mendorong arus dana asing masuk ke Indonesia.
“Faktor terakhir adalah reformasi struktural pemerintah melalui Omnibus Law yang akan mengubah cara pandang investor asing terhadap Indonesia, dan juga berlangsungnya downstreaming di industri mineral yang akan berdampak positif terhadap neraca perdagangan Indonesia di kemudian hari,” kata dia.
Adrian menambahkan, hal tersebut berdampak positif terhadap penguatan daya beli di kemudian hari. Reformasi ini yang membuat Indonesia berbeda ke depannya.