Liputan6.com, Jakarta PT Bio Farma menegaskan bahwa vaksin Sinovac yang akan diberikan untuk program vaksinasi COVID-19 nantinya bukan lagi bertujuan untuk uji klinis.
"Vaksin hanya akan digunakan untuk program vaksinasi setelah ada persetujuan penggunaan darurat yang dikeluarkan oleh Badan POM, dan bukan sebagai vaksin untuk uji klinis," kata Bambang Heriyanto, Juru Bicara Bio Farma pada Minggu (3/1/2021).
Advertisement
Bambang, yang juga Corporate Secretary Bio Farma, juga mengatakan bahwa pemberitaan tentang vaksin corona Sinovac yang akan digunakan adalah vaksin untuk uji klinis adalah tidak benar.
Dalam konferensi pers virtualnya, Bambang mengatakan bahwa vaksin Sinovac yang didistribusikan Bio Farma memiliki kemasan yang berbeda dengan vaksin Sinovac yang digunakan untuk keperluan uji klinis.
Lebih lanjut, Bambang mengungkapkan bahwa kemasan vaksin COVID-19 untuk uji klinis menggunakan kemasan pre-filled syringe (PFS) di mana wadah vaksin dan jarum suntik ada dalam satu kemasan.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Kemasan Vaksin untuk Program Vaksinasi
Sementara itu, vaksin COVID-19 yang digunakan untuk program vaksinasi nantinya dikemas dalam bentuk vial single dose atau dosis tunggal.
"Dan sudah pasti tidak ada penandaan only for clinical trial karena sudah mendapat izin penggunaan dari Badan POM," kata Bambang.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sendiri merencanakan program vaksinasi COVID-19 dalam waktu 15 bulan secara bertahap, dimulai dari Januari 2021 hingga Maret 2022.
Siti Nadia Tarmizi, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes mengatakan, program vaksinasi akan dilakukan di 34 provinsi dan menargetkan cakupan populasi hingga 181,5 juta orang.
"Periode pertama itu berlangsung dari Januari hingga April 2021 dan akan memprioritaskan pada 1,3 juta tenaga kesehatan dan 17,4 juta petugas publik yang ada di 34 provinsi," kata Siti.
Kemudian periode kedua, lanjutnya, akan berlangsung selama 11 bulan mulai April 2021 hingga Maret 2022 dan menjangkau masyarakat sisa periode pertama.
Advertisement