Sentimen Penyebaran Covid-19 Tekan Rupiah ke 13.925 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.900 per dolar AS hingga 13.925 per dolar AS.

oleh Tira Santia diperbarui 05 Jan 2021, 10:20 WIB
Petugas menunjukkan mata uang rupiah dan dolar di Jakarta, Senin (9/11/2020). Rupiah dibuka di angka 14.172 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.210 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (Dolar AS) bergerak melemah pada perdagangan Selasa ini. Pelemahan rupiah ini dibayang-bayangi sentimen penyebaran virus Covid-19.

Mengutip Bloomberg, Selasa (5/1/2021), rupiah dibuka di di angka 13.900 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.895 per dolar AS. Menjelang siang rupiah terus tertekan ke 13.925 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.900 per dolar AS hingga 13.925 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 0,89 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.945 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.903 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak melemah dibayangi sentimen penyebaran Covid-19.

"Dolar AS terlihat masih tertekan meskipun sentimen negatif dari kekhawatiran pasar soal COVID-19 membayangi pergerakan aset berisiko," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

Indeks dolar AS sendiri pagi ini masih di kisaran 89 sama seperti hari sebelumnya.

Menurut Ariston, rupiah masih berpeluang menguat hari ini karena potensi pelemahan dolar AS ke depan.

"Rupiah bisa menguat didukung ekspektasi akan adanya lanjutan stimulus fiskal AS dan bank sentral AS tetap menahan suku bunga acuan di level rendah," ujar Ariston.

Nasib agenda Presiden terpilih AS Joe Biden termasuk merevisi peraturan perpajakan, meningkatkan stimulus, dan pengeluaran infrastruktur, saat ini bergantung pada perlombaan Senat kembar (dua kursi) pada Selasa waktu setempat di negara bagian Georgia yang akan menentukan kendali atas majelis.

Ariston memperkirakan pada akhir tahun rupiah bergerak di kisaran 13.800 per dolar AS hingga 14.000 per dolar AS.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Menko Airlangga: Kinerja Rupiah Lebih Baik Dibanding Mata Uang India, Brazil dan Turki

Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah sangat baik selama 2020. Hal ini mengingat ekonomi Indonesia masih tertekan pandemi Covid-19.  

Pada penutupan perdagangan Rabu ini, rupiah menguat 80 poin di level 14.050 per dolar AS. Sedangkan IHSG melemah 57,1 poin atau 0,95 persen ke posisi 5.979,07.

"Secara umum kinerja nilai tukar dan IHSG kita sepanjang 2020 terbilang cukup baik. Level ini telah mendekati level sebelum pandemi Covid-19," kata Airlangga dalam Penutupan Perdagangan BEI 2020, di Jakarta, Rabu (30/12/2020).

Dia menyebut, jika dibandingkan dengan negara lain, nilai tukar mata uang Garuda masih lebih baik daripada India, Brazil, Turki, dan Afrika Selatan. Kemudian dari sisi IHSG, kinerjanya juga lebih baik daripada bursa di Thailand, Singapura, maupun Filipina.

Mantan Menteri Perindustrian itu menyadari, sektor keuangan memang sempat tertekan oleh pandemi Covid-19. Nilai tukar terdepresiasi signifikan ke level 16.500 per dolar AS di Maret 2020. Demikian pula dengan IHSG yang terus mengalami koreksi dan turun hingga mencapai level dibawah 4.538 di akhir Maret 2020.

"Penurunan indeks IHSG ini menyebabkan nilai market capitalization Indonesia anjlok ke Rp 4.556,3 triliun atau turun lebih dari Rp 2.690 triliun dibandingkan posisi awal 2020," jelasnya.

Perlahan tapi pasti. Kinerja keduanya saat ini sudah menunjukan tren positif sampai dengan penutupan hari ini. Bahkan sudah berada di level sebelum terjadinya pandemi Covid-19.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya