Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan perdana, Senin, 4 Januari 2020 bergerak perkasa. IHSG ditutup menguat 2,1 persen di level 6,104.89. Penguatan IHSG didukung ada January Effect.
Sementara, bursa Amerika Serikat (AS) atau wall street ditutup melemah. Indeks saham Dow Jones ditutup melemah 1,25 persen ke posisi 30,223.89, Nasdaq ditutup susut 1,47 persen ke posisi 12,698.45, indeks saham S&P 500 ditutup turun 1,48 persen ke posisi 3,700.65 pada Senin waktu setempat.
Penurunan tersebut terjadi karena para investor cemas atas meningkatnya jumlah kasus COVID-19 di seluruh dunia. Serta potensi dampaknya pada pemulihan ekonomi global.
Baca Juga
Advertisement
Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong mengatakan, pergerakan IHSG masih mengarah pada tren penguatan. Hal ini ditopang oleh January Effect, atau fenomena tahunan yang membuat harga saham naik pada awal tahun.
Meski demikian, penguatan masih akan dibayangi kekhawatiran atas peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia serta situasi politik pergantian presiden AS.
"Tren pada bursa Indonesia menunjukan begitu (ada january effect). Namun saya kira untuk January kali ini akan terbatas, mengingat kasus COVID-19 yang makin meningkat serta ada even politik pergantian presiden di AS yang dikhawatirkan tidak akan mulus,” ujar Lukman kepada Liputan6.com, Selasa (5/12/2020).
Lukman menuturkan, penguatan IHSG juga bergantung pada wall street. Namun, ia juga mengingatkan valuasi saham yang tinggi.
"Bullish market IHSG juga sangat bergantung pada global terutama AS. Di sisi lain, valuasi juga sangat tinggi sekarang,” ia menambahkan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Prediksi IHSG pada 2021
Sebelumnya, Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, IHSG akan bergerak fluktuaktif. Meski demikian, ia optimistis IHSG dapat ditutup menguat pada akhir 2021. Hal itu didukung dari sentimen domestik dan luar negeri.
Dari domestik, Nafan menuturkan, pemulihan ekonomi Indonesia akan menjadi sentimen positif. Pemulihan ekonomi Indonesia itu diharapkan dari program vaksinasi yang sudah mulai dilakukan Januari 2021. Nafan mengatakan, UU Omnibus law juga akan meningkatkan ekonomi Indonesia sehingga diharapkan bisa berdampak positif pada 2021.
Kemudian stimulus fiskal dan moneter juga diharapkan dapat mengangkat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Selain itu, Nafan juga menilai valuasi saham di Indonesia terutama saham kapitalisasi besar lebih menarik ketimbang di negara maju. Hal tersebut menurut Nafan dapat menarik investor asing untuk menanam investasi di pasar saham Indonesia. “Value menarik, undervalue, capital inflow juga akan meningkat. Kinerja emiten juga akan lebih progresif,” tutur dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Selasa, 5 Januari 2021.
Akan tetapi, Nafan mengingatkan pandemi COVID-19 yang masih terjadi masih membayangi kondisi ekonomi Indonesia. Apalagi kalau kembali diterapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) seiring kasus COVID-19 yang belum mereda. Ditambah daya beli masyarakat belum pulih.
Nafan menambahkan, dari sentimen luar negeri didorong dari terpilihnya Joe Biden menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) sehingga diharapkan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China tidak terjadi.
"Prediksi dari global ada lockdown dan semenanjung Korea juga patut dicermati," ujar dia.
Di tengah sentimen tersebut, Nafan prediksi IHSG akan di level resistance 6.348 dan support 5.563 pada akhir 2021.
Advertisement