Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) bergerak ke zona hijau pada sesi pertama perdagangan saham Selasa, (5/1/2021) setelah alami koreksi tajam pada awal pekan.
Saham PGAS melonjak 5,52 persen ke posisi Rp 1.625 per saham. Saham PGAS berada di level tertinggi Rp 1.640 per saham dan terendah Rp 1.520 per saham. Total frekuensi perdagangan 51.179 kali dengan volume perdagangan 5,4 miliar saham. Total nilai transaksi Rp 871,2 miliar.
Di pasar reguler, investor asing beli saham Rp 60,7 miliar dan jual saham PGAS Rp 33,9 miliar. Sedangkan aksi beli investor domestik Rp 810,4 miliar.
Baca Juga
Advertisement
Aksi jual investor domestik Rp 837,2 miliar. Investor asing beli saham PGAS dengan volume perdagangan 37,7 juta saham dan jual 21,4 juta saham. Investor domestik beli dengan volume perdagangan 506,1 juta saham dan jual 522,4 juta saham.
Sebelumnya saham PGAS merosot 6,95 persen ke posisi Rp 1.540 per saham pada Senin, 4 Januari 2021. Harga saham PGAS berada di rentang Rp 1.585-Rp 1.540 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 77.844 kali dengan nilai transaksi Rp 1,2 triliun.
Direktur Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menilai, tren ini dipengaruhi sentimen kabar atas sengketa pajak PGAS. Mahkamah Agung (MA) mengabulkan peninjauan kembali yang diajukan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pada 2019. Keputusan MA tersebut menyebabkan potensi sengketa pajak senilai Rp 3,06 triliun ditambah denda.
Maximilianus menilai, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) ini mampu untuk memenangkan perkara ini. Bahkan secara fundamental PGAS dinilai masih bisa mencatatkan kenaikan saham.
"Jadi ini kembali hanya kepada sentimen berita saja. Sejauh fundamental kami melihat masih memiliki nilai yang sangat positif,” ujat dia kepada Liputan6.com, ditulis Selasa, 5 Januari 2021.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Target Harga
Head Of Research Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi menuturkan hal serupa. Lanjar menyebutkan target harga saham PGAS untuk setahun masih ada potensi naik ke level 2.000.
Hal tersebut ditopang oleh sektor industri yang diperkirakan pulih seiring dengan vaksinasi pada 2021. Sentimen itu mendorong potensi naiknya penggunaan gas. Sementara situasi ini, menurut Lanjar, akan dimanfaatkan investor melakukan profit taking atau aksi ambil untung.
“Kalau saya lihat cash perusahaan yang masih cukup memenuhi kebutuhan sengketa ini. Jadi tidak begitu pengaruh terhadap kinerja bisnis ke depan," ujar dia.
Advertisement