Liputan6.com, Seoul- Permintaan operasi plastik di bagian hidung, bibir, dan bagian wajah yang tertutup masker telah meningkat di Korea Selatan. Hal itu dikarenakan aturan wajib pengggunaan masker dalam upaya mencegah penyebaran Virus Corona COVID-19.
Dilansir US News, Selasa (5/1/2021), salah satu pengalaman datang dari seorang mahasiswi berusia 20 tahun, Ryu-Han-na, yang menjalani operasi plastik untuk hidungnya pada pertengahan Desember 2020.
Advertisement
Ryu-Han-na pun memutuskan untuk melakukan operasi plastik itu dengan alasan yang sederhana, yaitu karena ingin melakukannya secara diam-diam sebelum orang-orang mulai melepas masker mereka tahun 2021 ini saat vaksin COVID-19 didistribusikan.
Ryu Han-na, yang telah mengikuti kursus online sepanjang tahun 2020, mengungkapkan bahwa kemampuan memulihkan diri di rumah dan mengenakan masker di depan umum tanpa menarik perhatian, menurutnya, adalah faktor penentu.
"Saya selalu ingin melakukan operasi hidung ... Saya pikir itu akan menjadi yang terbaik untuk mendapatkannya sekarang sebelum orang mulai melepas masker ketika vaksin tersedia pada tahun 2021," kata Ryu-Han-na, sambil bersiap untuk prosedur operasi plastik seharga 4,4 juta won (sekitar Rp. 56 juta).
"Akan ada memar dan bengkak akibat operasi, tetapi karena kita semua akan memakai masker, saya pikir itu akan membantu," tambahnya.
Pandangan yang disampaikan oleh Ryu-Han-na memicu permintaan untuk operasi serupa di Korea Selatan, yang telah mengalami peningkatan dalam operasi plastik pada tahun 2020.
Negeri Ginseng tersebut diketahui telah menjadi ibu kota dunia bedah plastik bahkan selama masa non-pandemi.
Menurut Gangnam Unni, platform bedah plastik online terbesar di Korea Selatan, industri tersebut bahkan diperkirakan bernilai sekitar US$ 10,7 miliar (Rp. 148,6 triliun) pada tahun 2020, naik 9,2% tahun-ke-tahun, dan diperkirakan akan mencapai sekitar US$ 11,8 miliar (Rp.164 triliun) tahun 2021 ini.
Selain itu, disebutkan oleh ahli bedah kosmetik bahwa pasien tertarik pada semua bagian wajah: bagian yang dapat dengan mudah disembunyikan di balik masker, seperti hidung dan bibir, serta bagian yang tidak ditutupi oleh penutup wajah, yang beberapa menganggap kriteria kecantikan di wajah selama era pandemi Virus Corona.
"Permintaan bedah dan non-bedah tentang mata, alis, batang hidung dan dahi - satu-satunya bagian yang terlihat - pasti meningkat," terang Park Cheol-woo, seorang ahli bedah di Klinik Bedah Plastik WooAhIn, yang bertanggung jawab atas operasi Ryu-Han-na.
Saksikan Video Berikut Ini:
Data Ungkap Dana Bantuan Banyak Digunakan di RS dan Klinik Bedah Plastik
Sementara itu, ahli bedah Shin Sang-ho, yang mengoperasikan Klinik Bedah Plastik Krismas di pusat distrik Gangnam, mengatakan bahwa banyak orang telah menghabiskan pembayaran stimulus darurat mereka dari pemerintah di rumah sakit dan klinik bedah plastik, meningkatkan pendapatan pada kuartal ketiga dan keempat tahun 2020.
"Saya merasa ini semacam pembalasan dendam. Saya merasakan bahwa pelanggan mengekspresikan emosi terpendam mereka (dari Virus Corona) dengan melakukan prosedur bedah plastik," sebut Shin Sang-ho.
Dalam data pemerintah Korea Selatan, menunjukkan bahwa dari 14,2 triliun won (Rp 182,4 triliun) bantuan tunai pemerintah, 10,6% digunakan di rumah sakit dan apotek, segmen terbesar ketiga menurut klasifikasi di belakang supermarket dan restoran, meskipun rincian jenis rumah sakit tidak diungkapkan.
Data Gangnam Unni juga menunjukkan penggunanya melonjak 63% dari tahun sebelumnya menjadi sekitar 2,6 juta tahun lalu.
Mereka diketahui meminta 1 juta sesi konseling, dua kali lipat jumlah dari tahun sebelumnya.
Namun, di sisi lain, pandemi juga membuat lebih sulit untuk mempromosikan layanan bedah plastik kepada klien asing, jadi pada tahun lalu industri bedah plastik lebih berfokus pada pelanggan lokal.
Tetapi gelombang ketiga Virus Corona COVID-19 di Korea Selatan tetap menjadi perhatian karena negara itu yang melaporkan kasus harian tertinggi.
"Kami telah melihat semakin banyak pembatalan dalam janji konsultasi baru-baru ini, karena orang-orang lebih banyak menahan diri untuk pergi keluar ... terutama pelanggan dari pinggiran kota yang sebagian besar menunda operasi mereka hingga 2021," jelas Park Cheol-woo.
Advertisement