Banyak Negara Mulai Vaksinasi COVID-19, Australia Tak Ingin Terburu-buru Ambil Risiko

Pemerintah Australia mengatakan pihaknya tidak ingin terburu-buru mengambil risiko untuk mulai vaksinasi COVID-19 terhadap warganya.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 05 Jan 2021, 16:07 WIB
Warga yang mengenakan masker mengantre untuk memangkas rambut mereka di Central Business District (CBD) Melbourne, Negara Bagian Victoria, Australia, 19 Oktober 2020. PM Australia Scott Morrison merilis pernyataan guna menyambut pelonggaran lockdown secara parsial di Victoria. (Xinhua/Bai Xue)

Liputan6.com, Sydney - Di bawah tekanan yang meningkat untuk mempercepat vaksinasi COVID-19, Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada Selasa (5/1/2021) mengatakan dia tidak akan mengambil "risiko yang tidak perlu" dan meniru persetujuan vaksin dari Inggris.

Sementara vaksinasi sudah berjalan dengan baik di banyak negara, otoritas farmasi Australia diperkirakan tidak akan memutuskan obat kandidat hingga sekitar satu bulan lagi, dan bertujuan untuk memberikan dosis pertama pada akhir Maret. Demikian seperti mengutip laman Channel News Asia, Selasa (5/1/2021). 

Ketika ditekan tentang jadwal yang dinilai lamban, Morrison--yang di awal pandemi mengatakan akan membuat Australia berada "di depan" untuk vaksin apa pun--menyarankan negara-negara yang dilanda virus seperti Inggris telah dipaksa untuk mengambil risiko dengan persetujuan darurat.

"Australia tidak berada dalam situasi darurat seperti Inggris. Jadi kami tidak perlu mengambil jalan pintas. Kami tidak harus mengambil risiko yang tidak perlu," kata pemimpin konservatif itu kepada radio lokal 3AW.

Australia sebagian besar telah menghilangkan penularan komunitas tetapi saat ini berjuang untuk menahan kelompok kecil penyakit di kota-kota terbesar di negara itu, yakni Sydney dan Melbourne.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:


Bandingkan dengan Kondisi di Inggris

Perdana Menteri Australia Scott Morrison (AP/Andrew Taylor)

Morrison mengatakan Inggris, dengan hampir 60.000 kasus COVID-19 sehari berada "dalam fase paling awal" dari peluncuran vaksin dan "memiliki beberapa masalah, dan mereka melakukannya dalam keadaan darurat".

"Mereka tidak menguji batch vaksin sebelum disebarluaskan ke seluruh populasi, itu pemahaman saya," kata Morrison, bersikeras Australia akan melakukan pengujian semacam itu.

Perdana Menteri Australia selama berminggu-minggu mengatakan bahwa upaya vaksinasi massal di Inggris, Amerika Serikat, dan tempat lain akan memberi Australia lebih banyak data tentang keamanan vaksin daripada yang bisa dilakukan jejak klinis.

Australia, dengan sekitar 25 juta populasi, telah setuju untuk membeli hampir 54 juta dosis vaksin Universitas Oxford / AstraZeneca, dengan 3,8 juta akan dikirimkan awal tahun ini.

Ia juga mencapai kesepakatan untuk 51 juta dosis Novavax tahun ini, 10 juta dosis vaksin Pfizer / BioNTech awal tahun ini, dan telah diinvestasikan dalam vaksin domestik Universitas Queensland yang dibatalkan saat masih dalam uji coba.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya