Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) kedatangan emiten baru lagi pada awal 2021. PT DCI Indonesia Tbk mencatatkan saham perdana dengan kode DCII pada Rabu, (6/1/2021).
PT DCI Indonesia Tbk mencatatkan saham di papan pengembangan. Jumlah saham yang dicatatkan 2.383.745.900 saham terdiri dari saham pendiri 2.026.184.000 dan penawaran umum saham perdana 357.561.900.
Harga saham perdana yang ditawarkan Rp 420 dengan nilai nominal Rp 125. Total dana yang diraup Rp 150,17 miliar. PT Buana Capital Sekuritas bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Baca Juga
Advertisement
Adapun DCI Indonesia bergerak di sektor teknologi informasi. Mengutip berbagai sumber, dana IPO sekitar 80 persen untuk belanja modal berupa low voltage panel sebanyak 51 unit. Peralatan ini bagian dari elektrikal pusat data keempat. Sedangkan sisanya untuk modal kerja.
Pemegang saham perseroan antara lain DCI International Holding Pte Ltd dengan kepemilikan 85 persen setelah penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Perseroan memiliki pusat data dengan total lahan 8,5 hektar.Perseroan siap ekspansi dengan menambah gedung berkapasitas 200 megawatt (MW).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
BEI Bidik 30 Perusahaan IPO pada 2021
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebut PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan ada sebanyak 30 perusahaan yang bakal melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO).
"BEI targetkan 30 Perusahaan akan melakukan IPO di tahun 2021," ujar Airlangga saat membuka perdagangan BEI 2021, Senin, 4 Januari 2021.
Kendati demikian, dia berharap jumlah perusahaan yang akan melakukan IPO di tahun ini bisa melebihi target yang telah ditetapkan. Sehingga nilai dana segar yang tersedia di pasar modal kian melimpah.
Apalagi, kata Airlangga, saat ini nilai Surat Berharga Negara (SBN) masih sangat rendah. Dengan nilai imbal hasil atau yield sebesar 3,64 persen.
"Dan kami berharap jumlah dana bisa cukup signifikan. Apalagi disampaikan SBN sekarang sangat rendah dengan sbn yang rendah yeidlnya 3,64 persen bisa dorong lebih banyak IPO lagi atau mencari dana dari pasar modal," tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, nilai transaksi Initial Public Offering (IPO) dari 51 perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih belum maksimal. Sebab, dari 51 perusahaan itu hanya mampu mencatat sebanyak Rp5,28 triliun.
"Tantangan tentu nilai IPO-nya yang Rp5,28 triliun yang masih harus ditingkatkan," kata dia dalam penutupan Perdagangan BEI 2020, di Jakarta, Rabu, 30 Desember 2020.
Meski begitu, dirinya mengaku optimis dengan kinerja bursa saham di Tanah Air. Mengingat dari segi jumlah Indonesia masih menduduki peringkat pertama dengan jumlah IPO terbanyak dibandingkan dengan negara-negara ASEAN.
"Namun ini memberikan optimisme, IPO kita sebanyak 48 emiten baru 53 dan tercatat 51 dari segi jumlah yang tinggi di kawasan ASEAN," imbuh dia.
Advertisement