Liputan6.com, Singapura - Laju bursa saham Asia cenderung beragam pada Rabu, (6/1/2021) seiring fokus investor kini kepada perusahaan raksasa teknologi China seperti Alibaba dan Tencent dan sektor saham energi.
Di Jepang, pada awal perdagangan, indeks saham Jepang Nikkei melemah. Sementara itu, indeks saham Topix naik 0,32 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 1 persen.
Sementara itu, indeks saham Australia tergelincir pada perdagangan pagi. Indeks saham ASX melemah 0,34 persen. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang menguat 0,18 persen.
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, saham energi cenderung melonjak pada perdagangan Rabu pagi setelah Arab Saudi menyetujui pengurangan produksi sukarela pada Februari dan Maret.
Di Australia, Beach Energy melonjak 5,43 persen dan Santos naik 4,42 persen. Inpex Jepang melonjak 4,17 persen dan S-Oil di Korea Selatan naik sekitar tujuh persen.
Saham raksasa teknologi China Tencent dan Alibaba juga akan dipantau oleh investor setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump teken perintah eksekutif yang melarang transaksi dengan delapan aplikasi perangkat lunak China.
Hal itu termasuk WeChat Pay, dan Ant Group Alipay. Perintah tersebut hanya akan berlaku setelah Trump meninggalkan jabatannya. Dari sisi data ekonomi, Indeks Markit Services Purchasing Managers juga akan dirilis pada Rabu pagi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Wall Street Menguat pada Hari Kedua Perdagangan 2021
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street berbalik arah menguat pada perdagangan saham Selasa, 5 Januari 2021. Penguatan wall street didukung harapan pelaku pasar untuk pemulihan ekonomi global.
Indeks saham Dow Jones menguat 167,71 poin atau 0,6 persen ke posisi 30.391,60. Indeks saham S&P 500 mendaki 0,7 persen ke posisi 3.726,86. Indeks saham Nasdaq menguat hampir satu persen ke posisi 12.818,96.
Saham Boeing menjadi salah satu saham catatkan penguatan terbesar di indeks Dow Jones. Saham Boeing naik 4,4 persen. Sektor saham energi menguat 4,5 persen, dan catatkan penguatan terbesar sejak 4 Desember.
Saham Chevron menguat 2,7 persen setelah Arab Saudi menyetujui pemotongan produksi secara sukarela pada Februari dan Maret. Sentimen itu juga mendorong harga minyak berjangka AS naik 4,9 persen ke posisi USD 50 per barel untuk pertama kali.
Sentimen lainnya juga dari data manufaktur AS yang lebih kuat dari perkiraan. The Institute for Suppy Management mengatakan indeks manufaktur naik menjadi 60,7 pada Desember, level tersebut tertinggi sejak Agustus 2018 dari 57,5 pada November. Ekonom yang disurvei memperkirakan indeks akan masuk ke posisi 57.
“Kekuatan ini harus berlanjut tahun ini sampai sektor jasa mulai kembali bangkit dan konsumen mengalihkan pengeluaran mereka lagi,” ujar Peter Boockvar, Kepala Investasi Bleakley Advisory Group.
Ia menambahkan, kendala pasokan akan terus berlanjut, dan tekanan inflasi hanya akan meningkat.
Penguatan wall street juga terjadi setelah penurunan tajam pada hari pertama perdagangan saham. Indeks saham acuan di wall street turun lebih dari satu persen.
Selain itu, investor juga menanti dua pemilihan utama di Georgia yang akan menentukan apakah Partai Republik dapat mempertahankan kendali di senat. Banyak yang khawatir kenaikan tarif pajak dan kebijakan lebih progresif dapat membebani pasar jika Demokrat menguasai senat.
“Pemilihan senat Georgia dapat memiliki implikasi yang substansial bagi pasar jika kedua kandidat Demokrat menang,” Pendiri The Sevens Report Tom Essaye.
Advertisement