Epic Games Beli Mal untuk Bangun Markas Baru

Epic Games mengumumkan telah membeli sebuah mal untuk diubah menjadi kantor baru mereka.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 07 Jan 2021, 06:30 WIB
Logo Epic Games Store. Kredit: Epic Games

Liputan6.com, Jakarta - Epic Games pengembang Fortnite baru saja mengumumkan telah membeli sebuah mal untuk dijadikan markas baru mereka. Rencananya, mal bernama Cary Towne Center ini akan siap menjadi kantor pusat baru Epic Games pada 2024.

Dikutip dari The Verge, Kamis (7/1/2021), Epic Games menuturkan kantor baru ini akan dibangun dari awal untuk mengakomodasi pertumbuhan jangka panjang perusahaan. Selain kantor, fasilitas baru ini akan dilengkap sarana hiburan bagi karyawan.

Perusahaan berencana memulai pembangunan markas baru ini pada 2021, tapi memang belum diungkap jadwal pastinya. Meski dibangun dari awal, juru bicara Epic Games mengatakan ada beberapa struktur yang masih dipertahankan.

Sebelum markas baru ini siap, Epic Games akan melanjutkan operasinya dari kantor yang saat ini ditempati. Adapun kantor ini diketahui hanya berjarak 4 km dari markas baru mereka.

Kendati demikan, perusahaan tidak mengungkap nilai investasi yang dikeluarkan. Cary sebagai sebuah kota, menurut perusahaan, memang sudah dianggap sebagai rumah selama kiprah mereka dalam 20 tahun terakhir.

Di sisi lain, Epic Games baru saja mendapatkan pendanaan sebesar USD 1.78 miliar pada pertengahan tahun lalu. Kini, valuasi perusahaan diperkirakan mencapai USD 17,3 miliar.


Unreal Engine dari Epic Games Tawarkan Perubahan Proses Produksi Film

Pemanfaatan teknologi video gim dalam produksi film. (Foto. Epic Games)

Di sisi lain, kondisi pandemi harus diakui turut berdampak pada proses produksi film. Karenanya, para produser dan pembuat film kini didorong untuk semakin kreatif dalam memproduksi sebuah film.

Terlebih, tidak dimungkiri proses produksi yang ada saat ini masih memiliki persoalan inefisiensi dan biaya tinggi. Untuk itu, beberapa cara untuk memungkinkan proses pembuatan film dapat berjalan terus dilakukan.

Salah satunya adalah melakukan produksi secara virtual dan memanfaatkan teknologi yang ada di video gim. Menurut GM Epic Games SEA/India, Quentin Staes-Polet, produksi film secara virtual yang didukung teknologi video gim dapat menjadi pendobrak produksi konten masa depan.

"Produksi film secara virtual, yang ditenagai oleh teknologi video gim, akan menjadi pendobrak cara kita membuat konten di masa depan, mulai dari produksi DIY (mandiri) digital hingga blockbuster di masa depan," tuturnya dalam keterangan resmi yang diterima, Jumat (18/12/2020).

Quentin menuturkan, produksi film secara virtual dapat menjadi penyelamat banyak perusahaan produsen film, sebab menghemat waktu dan ongkos produksi. Bahkan, dengan teknologi seperti Unreal Engine, pembuat film bisa membangun lingkungan digital yang meniru frame render final.

"Teknologi ini membuat seluruh tim produksi memiliki visi produk final yang sama. Perubahan apapun bisa digabungkan kembali secara berulang-ulang dan kolaboratif, sehingga mengubah pipeline pembuatan film tradisional yang kaku menjadi proses pararel," ujarnya menjelaskan.

Di sisi lain, keputusan kreatif pengambilan gambar dan sekuens bisa diambil lebih awal dan tidak perlu menunggu hingga fase pasca-produksi. Giame engine juga bersifat aktual (real-time), sehingga memberikan keuntungan luar biasa dalam produksi virtual.

Hal itu dimungkinkan sebab saat diterapkan dalam pembuatan film, rendering langsung akan mengurangi unsur ketidakpastian dalam proses pra-produksi tradisional dan produksi efek visual yang terkotak-kotak.


Dorong Siklus Pascaproduksi

Pemanfaatan teknologi video gim dalam produksi film. (Foto. Epic Games)

Pemanfaatan teknologi gim juga dapat mempercepat siklus pasca-produksi di film yang sarat efek visual. Berbekal efek visual di dalam kamera yang direkam di LED, frame akhir dapat diulas lewat lensa kamera dan tim kreatif secara kolaboratif melakukan penyesuaian.

"Proses yang lebih intuitif ini juga membuat kru dapat melakukan penyesuaian selama pengambilan gambar, sehingga tak perlu melakukan kompromi dalam proses editing terakhir setelah pengambilan gambar selesai," tutur Quentin melanjutkan.

Quentin juga memastikan teknologi ini tidak akan menghilangkan rasa realisme dan antusiasme dari para aktor. Sebab, mengganti green screeen dengan scene projection dapat membantu aktor mendapatkan rasa lebih baik mengenai lingkungan tempatnya berakting termasuk visi kru produksi.

"Faktanya, dengan rendering secara real-time, latar belakang dapat diadaptasi menurut perspektif kamera, sehingga seluruh adegan jadi lebih interaktif," ujarnya Quenti menjelaskan.

Di samping itu, kemampuan untuk melihat pengambilan gambar yang mendekati final dapat membantu memastikan kontinuitas, fluiditas, hingga pasif atau aktifnya para aktor di setiap adegan.

(Dam/Ysl)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya