Liputan6.com, Jakarta AR (24) adalah laki-laki penyintas kekerasan seksual yang memutuskan untuk speak up pada teman terdekatnya.
Hal ini ia lakukan guna mengurangi beban psikologis yang sempat ia tanggung pasca kejadian. Dua alasan utama yang menghalanginya untuk langsung speak up adalah malu dan takut dihujat.
Advertisement
Dari pengalamannya, ia belajar bahwa peran lingkungan sangat mendukung dalam penyembuhan trauma. Baginya, sahabat dekat adalah dukungan utama yang ia dapatkan pada masa sulit itu.
“Dukungan utama itu sahabat terdekat, aku nggak yakin keluarga mendukung, karena pola asuh di keluarga aku yang menyebabkan aku jadi cenderung menutupi masalah dari keluarga,” ujar AR kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks, Rabu (6/1/2021).
Keterbukaan yang kurang dengan keluarga membuat AR akhirnya menjadikan sahabat terdekatnya sebagai tempat mencurahkan isi hati (curhat).
“Makanya jangan pernah sepelekan orang atau teman yang minta kita mendengarkan curhatnya, itu tandanya dia menganggap kita orang dekat dia.”
“Aku merasakan sendiri bagaimana rasanya mencari teman curhat dan mungkin untuk beberapa orang ketiadaan orang dekat ini bisa bikin depresi yang berujung fatal, bunuh diri misalnya.”
Simak Video Berikut Ini:
Pesan untuk Penyintas Lain
Setelah speak up, AR mendapatkan berbagai manfaat. Mulai dari beban psikologis yang mulai berkurang hingga beberapa masukan dan nasihat yang membangun.
Ia berharap agar penyintas lain pun bisa terbuka agar kesehatan mentalnya dapat terjaga. Tak perlu terbuka di muka publik, minimal pada orang-orang terdekat saja.
“Mulai sampaikan apa yang dirasa dan dialami, minimal ke orang terdekat saja. kita nggak tau sampai kapan mampu handle masalah yg kita alami ini.”
“Hari ini mungkin masih kuat, kalau besok itu sudah jadi beban pikiran akut. Akibatnya akan merembet ke mana-mana, bisa jadi kita akan merasa kecil di lingkungan, akhirnya menarik diri dari lingkungan sosial.”
AR juga berharap, edukasi seputar kekerasan atau pelecehan seksual ini lebih banyak ditemukan atau dibahas di ruang-ruang publik. Minimal masyarakat mengetahui jenis-jenis kekerasan seksual dan bagaimana dampaknya.
“Harapannya kalaupun tidak bisa mengurangi dampak psikologis para penyintas, minimal mampu mengurangi hasrat orang-orang untuk menjadi pelaku dan menyebabkan korban-korban lain bermunculan.”
Ia juga berharap agar semakin banyak masyarakat yang sadar bahwa kekerasan seksual itu bukan hanya pemerkosaan. Ada banyak bentuk lainnya dan itu semua butuh dukungan masyarakat.
“Kebiasaan menggunjing dan membicarakan tidak ada manfaatnya bagi penyintas, mereka hanya butuh dukungan sosial, untuk kemudian berbicara dan merasa terlindungi bukan semakin menambah beban seolah sebagai sosok yang ternodai,” pungkasnya.
Baca Juga
Advertisement