Liputan6.com, Jakarta - Dunia dilanda demam K-Pop termasuk Indonesia. Sejumlah ikon Korea Selatan telah diakui dunia. BTS misalnya, beberapa kali memimpin tangga lagu bergengsi Billboard.
Parasite karya Bong Joon Ho memborong 4 Piala Oscar termasuk Film Berbahasa Asing dan Film Terbaik. Pidato Bong bahkan dianggap salah satu yang terbaik dalam sejarah.
Baca Juga
Advertisement
Fenomena ini perkuat dengan perekrutan sejumlah pesohor Korea sebagai brand ambassador toko daring di Indonesia. Itu ditambah dominasi drakor dengan cerita yang meremas hati kaum hawa.
Demam K-Pop
Dominasi K-Pop belakangan memengaruhi industri showbiz Indonesia sebagai bagian dari ekonomi kreatif dan sejumlah sektor lain. Ahli di bidang branding, Yuswohady, membenarkan.
“Demam K-Pop di Indonesia sudah terjadi dalam 10 tahun terakhir. Survei menunjukkan saat ini bintang-bintang K-Pop memiliki pasar yang besar dan trafik tinggi,” Yuswohady mengulas.
Advertisement
Eksistensi Drakor
“Dampaknya, sejumlah perusahaan di Indonesia mulai memboyong artis Korea sebagai brand ambassador karena banyaknya penggemar militan baik di dalam juga luar negeri,” urainya.
Banyaknya acara e-commerce yang menghadirkan bintang Korea hingga eksistensi drakor, yang naik daun di tengah masyarakat Indonesia, ternyata membuat permintaan produk adaptasi Korea meningkat signifikan.
BTS di Layar Kaca Indonesia
Yuswohady mencontohkan, dampak drakor yang menayangkan adegan mengudap makanan khas Korea. Pegiat usaha di Indonesia ikut menjual makanan seperti teokbokki dan jajangmyeon. Saat pandemi, penjualan makanan khas Korea di Tokopedia misalnya naik lebih dari 5 kali lipat.
Contoh lain, program Waktu Indonesia Belanja yang diisi BTS serta ditayangkan SCTV dan Indosiar. Keterlibatan BTS membuat program ini menempati peringkat pertama topik tren di Indonesia maupun dunia.
Advertisement
Tren Iklan K-Pop di Indonesia
Di sisi lain, tren iklan K-Pop di Indonesia secara tidak langsung mendorong daya beli masyarakat terutama anak muda. “Apabila daya beli meningkat diikuti membaiknya penjualan, tidak tertutup kemungkinan investasi akan masuk,” ujar Pengamat Ekonomi dan Dosen Binus University, Doddy Ariefianto.
“Investasi yang masuk melalui sejumlah perusahaan dalam negeri akhirnya akan kembali ke masyarakat Indonesia,” pungkas Doddy dalam siaran pers yang diterima Showbiz Liputan6.com. Tampaknya, industri seni Tanah Air perlu belajar banyak dari Korea Selatan.