Liputan6.com, Jakarta - Patung raksasa berbentuk vagina di negara bagian Pernambuco, Brasil, memicu perdebatan antara kaum kiri dan kaum konservatif, termasuk kaum sayap kanan yang dekat dengan Presiden Jair Bolsonaro. Perbedaan pendapat itu disinyalir berujung pada perang budaya.
Dilansir NBC News, Kamis, 7 Januari 2021, patung bernama Diva itu dibuat dari beton dan resin dengan lebar 16 meter dan panjang 108 kaki. Patung vagina yang dibuat oleh seniman Juliana Notari, diletakkan di lereng bukit museum terbuka, negara bagian Pernambuco.
Baca Juga
Advertisement
Pengerjaan patung memakan waktu selama 11 bulan dengan melibatkan 20 perajin. Juliana memuji pengrajinnya telah bertindak heroik karena mengerjakannya dengan sepenuh hati meski berada di bawah terik matahari.
Notari menerangkan makna dari karya instalasi yang dibuatnya sebagai relasi antara alam dan budaya di dalam masyarakat falosentris dan antroposentris. "Isu-isu ini semakin mendesak untuk dibahas saat-saat ini," tulis Notari dalam Facebook pribadinya.
Tetapi, tak semua orang sepakat dengan pandangan Notari. Perdebatan pun mewarnai kolom komentar pada unggahan Notari mengenai Diva. Kurang lebih 25 ribu komentar tercatat di sana, baik yang mendukung maupun mengkritik patung vaginanya.
"Dengan segala hormat, saya tidak menyukainya. Bayangkan saya berjalan dengan anak perempuan saya yang masih kecil di taman ini dan mereka bertanya... Ayah, apa ini? Apa yang akan saya jawab?" tulis seorang warganet.
Komentar itu dijawab oleh warganet lain yang secara tidak langsung mendukung Notari. "Dengan segala hormat, Anda dapat mengajari putri Anda untuk tidak malu dengan alat kelamin mereka sendiri," jawab seorang netizen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ide Patung Tandingan
Kritik tajam juga disampaikan oleh guru politik Bolsonari, Olavo de Carvalho. Ia mengecam karya Notari lewat akun Twitter dan mengusulkan patung penis raksasa sebagai cara untuk menandingi Diva.
Kicauan itu cukup menarik banyak perhatian. Kurang lebih kicauan itu telah dikicaukan ulang sebanyak 700 kali yang mayoritas berisikan kritik terhadap kaum kiri.
Bolsonaro sendiri sudah lama mengkritik seni yang dianggap beraliran kiri. Salah satu aksinya adalah mencoba membekukan pendanaan film bertema LGBTQ yang gagal pada 2019. (Melia Setiawati)
Advertisement