Liputan6.com, Washington D.C- Kepala Kepolisian Capitol Amerika Serikat, Steven Sund mengundurkan diri dari jabatannya. Pengunduran diri itu terjadi di tengah kritik luas masyarakat karena kepolisian yang dianggap kurang siap saat menghadapi para demonstran pro-Donald Trump yang menyerbu dan memicu kericuhan di dalam Gedung Capitol Hill AS.
Sebelumnya, ketua DPR AS Nancy Pelosi telah menyerukan Sund untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Advertisement
Seorang pejabat Kepolisian Capitol AS yang enggan disebut namanya menyebutkan bahwa pengunduran diri Sund efektif berlaku pada 16 Januari mendatang.
Tak hanya Sund, Ketua Mayoritas Senat AS, Mitch McConnell juga mengumumkan pengunduran diri Michael Stenger yang menjabat sebagai Sergeant-at-Arms and Doorkeeper pada Senat.
Pada Kamis 7 Januari 2021, Kepempinan Kepolisian Capitol AS mengungkapkan informasi detail terkait kericuhan yang membuat para anggota DPR maupun Senat AS mengkhawatirkan keselamatan mereka.
Dalam pernyataannya, Sund mengatakan bahwa petugas polisi dan aparat penegak hukum lainnya 'secara aktif diserang' dengan pipa logam dan senjata lainnya.
"Mereka (massa) bertekad masuk ke Gedung Capitol dengan menyebabkan kerusakan besar," terang Sund, seperti dikutip dari CNN, Jumat (8/1/2021).
Saksikan Video Berikut Ini:
FBI Selidiki Laporan Bom Pipa dan Kendaraan Mencurigakan di Sudut Gedung Capitol Hill
Sund juga mengakui bahwa Kepolisian Capitol AS menembak seorang perempuan dewasa "saat demonstran memaksa masuk ke dalam Ruang Sidang DPR AS di mana para Anggota Kongres berlindung".
Perempuan yang diketahui merupakan seorang veteran Angkatan Udara AS itu meninggal dunia setelah dilarikan ke rumah sakit.
Namun ditegaskan juga bahwa petugas kepolisian yang menembaki perempuan itu telah ditempatkan dalam cuti administratif, ditambah dengan penyelidikan gabungan yang diproses oleh Kepolisian Capitol dan Departemen Kepolisian Metropolitan Washington D.C.
Sund juga menyampaikan bahwa Kepolisian Capitol menanggapi laporan bom pipa dan kendaraan yang mencurigakan di sudut tenggara Gedung Capitol Hill.
"Menetapkan kedua alat itu, faktanya, berbahaya dan bisa memicu bahaya besar bagi keselamatan publik," terangnya.
Insiden itu kini sedang diselidiki oleh Biro Investigasi Federal AS (FBI).
Diketahui ada lebih dari 50 petugas kepolisian Capitol dan polisi metropolitan yang terluka dalam serangan massa di gedung Capitol Hill, dan beberapa di antaranya telah dirawat di rumah sakit dengan "luka serius," menurut Sund.
"Serangan kekerasan terhadap Capitol AS tidak seperti yang pernah saya alami selama 30 tahun saya bekerja dalam penegakan hukum di sini di Washington, D.C. Menjaga keamanan publik di lingkungan terbuka - khususnya untuk aktivitas Amandemen Pertama - telah menjadi tantangan sejak lama," ungkapnya.
Para anggota parlemen AS juga bingung dengan kurangnya kesiapan di antara penegak hukum karena telah diketahui selama jauh hari bahwa Presiden Donald Trump menyerukan pendukungnya untuk melakukan protes saat sidang pengesahan Presiden terpilih Joe Biden, yang dilaksanakan pada 6 Januari kemarin di Gedung Capitol Hill.
Advertisement