Aduan Harga Obat, Produk Vitamin dan Alkes Meningkat di Tengah Pandemi Covid-19

Mengutip data profil pengaduan konsumen YLKI, 85,7 persen aduan yang masuk ialah terkait harga obat yang mahal.

oleh Athika Rahma diperbarui 08 Jan 2021, 12:31 WIB
Photo by freestocks on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) memaparkan profil pengaduan konsumen tahun 2020. Di tahun lalu, konsumen juga memberikan aduan terkait komoditi obat, produk vitamin dan alat kesehatan (alkes) selama terjadinya pandemi Covid-19.

Adapun persentasi tentang obat, vitamin dan alat kesehatan ini sebesar 5,22 persen dari total aduan konsumen sebanyak 3.692 keluhan.

Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, dalam 3 bulan pertama masa pandemi Covid-19, jumlah aduan terkait obat, vitamin dan alkes ini memang mengalami peningkatan.

"Pengaduan yang dimaksud berkaitan dengan harga produk kesehatan yang melonjak, kelangkaan produk atau produk palsu," ujar Tulus dalam konferensi pers YLKI, Jumat (8/1/2021).

Mengutip data profil pengaduan konsumen YLKI, 85,7 persen aduan yang masuk ialah terkait harga obat yang mahal. Sementara masing-masing sebesar 4,7 persen soal informasi produk, hand sanitizer palsu, kelangkaan produk dan keberatan kebijakan rapid test.

Sekretaris Utama Badan POM Elin Herlina menjelaskan, pada masa pandemi Covid-19, Badan POM juga turut mendapatkan aduan dan permintaan informasi dari masyarakat dengan total 649 permintaan.

"Sebanyak 42 atau 6,47 persen di antaranya merupakan pengaduan dan sisanya, 607 atau 95,53 persen merupakan permintaan informasi," ujar Elin.

Adapun, opik yang dikeluhkan dan ditanyakan mencakup penjualan hand sanitizer tanpa izin, overklaim obat herbal penyembuh Covid-19, overklaim hand moisturizer anti Covid-19, mahalnya harga masker dan hand sanitizer, penjualan masker bedah daur ulang, penjualan test kit Covid-19 tanpa izin dan penjualan antivirus secara bebas.

Saksikan Video Ini


Pengaduan Konsumen Melonjak Capai 3.692 Keluhan di 2020, Soal Apa Saja?

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. Dok YLKI

Ketua Pengurus Harian YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) Tulus Abadi memaparkan, pada tahun 2020, pengaduan konsumen meningkat total menjadi 3.692.

Angka ini naik secara signifikan dari tahun sebelumnya sebanyak 1.871 pengaduan. Pengaduan ini terdiri dari pengaduan kelompok dan individu.

"Pengaduan kelompok ini meningkat dari 1.308 menjadi 3.290 pengaduan, lalu individual menjadi 402 pada 2020," jelas Tulus dalam konferensi pers YLKI secara virtual, Jumat (8/1/2021).

Tulus mengatakan, karakter pengaduan konsumen pada tahun ini masih sama dengan karakter pengaduan konsumen dalam rentang waktu 5 tahun ke belakang.

Tulus menjelaskan, ada 5 konteks pengaduan yang menduduki peringkat teratas. Mengutip data YLKI, lingkup yang dimaksud mencakup produk jasa keuangan sebesar 33,50 persen, e-commerce 12,70 persen, telekomunikasi 8,30 persen, kelistrikan 8,20 persen dan perumahan 5,70 persen.

Tulus bilang, pengaduan tentang obat, produk vitamin dan alat kesehatan meningkat di 3 bulan pertama di masa pandemi.

"Pengaduan yang dimaksud berkaitan dengan harga produk kesehatan yang melonjak, kelangkaan produk atau produk. palsu," jelasnya.

Sementara, konsumen mengadukan keluhan mereka melalui beberapa saluran, seperti email sebesar 50 persen, website 26 persen, datang langsung 12 persen, tembusan 9 persen dan surat langsung 3 persen (data profil pengaduan konsumen YLKI).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya