Liputan6.com, Jakarta - Vaksin Covid-19 Sinovac tinggal menunggu izin edar yang akan dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) usai dinyatakan halal oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jumat, 8 Januari kemarin.
Terkait kapan waktu pelaksanaannya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi pun mengaku dirinya belum mengetahuinya.
Advertisement
"Saya enggak tahu keluarnya kapan. Bisa hari ini, bisa Senin, bisa Selasa. Tapi kita harapkan izin penggunaan darurat bisa dikeluarkan oleh BPOM. Sehingga nanti yang pertama kali disuntik saya," ucap Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor Jawa Barat, Jumat kemarin.
Seperti diketahui, Jokowi sebelumnya menyatakan bahwa dirinya akan menjadi orang pertama yang akan menerima vaksinasi Covid-19. Ini dilakukan agar masyarakat tak lagi merasa khawatir akan kehalalan vaksin Sinovac buatan China tersebut.
Sementara itu, Jokowi menargetkan akan ada sekitar 182 juta masyarakat Indonesia yang akan mendapatkan vaksin Covid-19.
Berikut deretan pernyataan Jokowi soal vaksinasi Covid-19 yang akan segera diterima oleh masyarakat Indonesia secara gratis:
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Sudah Didistribusikan ke 34 Provinsi
Meskipun pelaksanaan penyuntikan vaksin Covid-19 kepada masyarakat belum diketahui kapan tepatnya, vaksin tersebut sudah didistribusikan ke 34 provinsi di Indonesia.
Perlu diketahui, vaksin tidak akan disuntikkan ke masyarakat jika belum mengantongi izin darurat dari BPOM.
"Itu tahapan harus kita lalui. Kalau izin penggunaan darurat belum keluar dari BPOM, ya kita belum bisa vaksinasi," jelas Jokowi.
Jokowi pun mengaku tak mengetahui kapan BPOM akan mengeluarkan izin darurat penggunaan vaksin Covid-19 dari Sinovac. Kendati begitu, BPOM dapat segera menerbitkannya, sehingga program vaksinasi dapat dimulai.
Advertisement
Target 182 Juta Masyarakat Divaksin
Terkait pemberian vaksin Covid-19, Jokowi menargetkan 182 juta atau 70 persen masyarakat Indonesia harus divaksin Covid-19 untuk mencapai herd immunity (kekebalan komunitas).
Adapun setiap masyarakat nantinya akan disuntik sebanyak dua kali, sehingga setidaknya dibutuhkan 400 juta dosis vaksin.
"Kalau yang divaksin sudah 182 juta itu 70 persen dari penduduk Indonesia terjadi kekebalan komunal. Insyaallah Covid-nya stop," ucapnya.
Dia meminta agar semua masyarakat mau dan tak takut disuntik vaksin Covid-19. Jokowi sendiri akan menjadi orang pertama di Indonesia yang disuntik vaksin virus corona.
"Kalau ada yang tidak mau divaksin tidak hanya merugikan diri sendiri, tapi juga merugikan orang lain," tutur Jokowi.
Minta Masyarakat Tidak Takut Disuntik Vaksin
Tak hanya itu, orang nomor satu di Indonesia ini juga meminta kepada masyarakat agar tidak takut untuk disuntik vaksin virus Corona.
Jokowi menuturkan, penyuntikkan vaksin Covid-19 sama dengan proses imunisasi bayi.
"Kita harapkan 70 persen (182 juta) penduduk Indonesia divaksin untuk mencapai yang namanya herd immunity. Sehingga jangan sampai kita harapkam tak ada yang tak mau divaksin," tutur dia.
Adapun setiap masyarakat akan disuntik vaksin Covid-19 sebanyak dua kali. Dia meminta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyelesaikan program vaksinasi dalam waktu kurang dari satu tahun.
Advertisement
Tidak Bisa Langsung Buat Kondisi Kembali Normal
Nantinya, Jokowi menjelaskan, ketika usai disuntik vaksinasi tidak bisa langsung membuat kondisi kembali seperti normal.
"Jadi, ini minggu depan mulai vaksinasi, tapi keadaan belum bisa kembali langsung normal," ujar Jokowi saat membagikan Bantuan Modal Kerja ke pedagang kecil di Istana Kepresidenan Bogor, Jumat, 8 Januarai kemarin.
Segala sesuatu butuh waktu, maka dari itu Jokowi meminta masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan virus Corona. Mulai dari, memakai masker, mencuci tangan pakai sabub, menjaga jarak, dan tidak berkerumum.
"Harus disiplin, kalau memang itu bisa kita lakukan itu bisa sangat mengurangi. Jangan ke tempat berkerumun banyak, itu akan sangat mengurangi," kata Jokowi.
(Fifiyanti Abdurahman)