Liputan6.com, Jakarta Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas Bambang Suryo Aji menyampaikan, pihaknya memiliki peta komunikasi dan pergerakan setiap pesawat komersil yang terhubung dengan Emergency Locator Transmitter (ELT). Hanya saja saat peristiwa hilang kontak pesawat Sriwijaya Air SJ-182, tidak ada sinyal bahaya yang muncul.
"Alat kita tidak memancarkan sinyal marabahaya. Tidak bisa memberikan informasi. Ini yang perlu kita dalami. Kita cek di ELT semua pesawat itu sudah terigistrasi. Namun kejadian ini (Sriwijaya Air) tidak memancarkan, ini yang perlu kita kroscek," tutur Suryo di Kantor Basarnas, Jakarta Pusat, Sabtu (9/1/2021).
Advertisement
Menurut Suryo, salah satu penyebab tidak terdeteksinya ELT adalah habisnya masa kedaluarsa. Bisa juga akibat kerusakan komponen.
"Kami juga belum bisa menyimpulkan secara pasti kenapa bisa begitu. Kita juga cek ke data Australia juga tidak menangkap. Ini kita sedang cari, ini kenapa penyebabnya tidak memancar ELT tersebut. Kalau memancarkan kita cepat tahu, tidak perlu lagi mencari sebab apa (Sriwijaya Air) terjadi lost contact. Di atas memancarkan sinyal itu menandakan terjadi crash di atas. Tapi ini tidak memancarkan, malah kami dapat informasi dari Airnav," jelas dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tak Pancarkan Bahaya
Suryo menegaskan peralatan komunikasi di Basarnas masih dalam kondisi bagus. Sehingga tidak mungkin gagal menangkap sinyal atas peristiwa hilang kontak pesawat, termasuk Sriwijaya Air SJ-182.
"Sebenarnya seluruh pesawat hampir 100 persen diregistrasi ke Basarnas, dan terdaftar. Itu SJ-182 masih kadaluarsa 2023. Ini tidak memancar. Biasanya kalau ada crash di peta saya ada klip-klip," Suryo menandaskan.
Advertisement