Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi tumbuh positif pada 2021 akan turut mengangkat kinerja reksa dana saham.
Direktur PT Panin Asset Management Rudiyanto memprediksi, IHSG di posisi 6.700 pada 2021. Dengan penutupan 2020 di posisi 5.979, reksa dana saham dapat tumbuh sekitar 12 persen pada 2021.
"Tentu saja proyeksi ini bisa salah jika terjadi hal yang di luar dugaan seperti kondisi COVID-19 yang memburuk dan tidak terkendali, kenaikan tingkat suku bunga secara agresif dari Bank Sentral dan sentimen lainnya yang muncul kemudian,” ujar dia dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, ditulis Minggu, (10/1/2021).
Baca Juga
Advertisement
Untuk prediksi 2021, Rudiyanto membeberkan sejumlah faktor yang mempengaruhi kinerja saham. Mulai dari sentimen eksternal hingga kinerja perusahaan yang bersifat fundamental.
Dari eksternal, ada sentimen positif dengan terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat. Dibandingkan Donald Trump yang mengedepankan konflik dan perseteruan dengan mitra dagang, diharapkan Joe Biden tidak terlalu konfrontatif.
"Sebab sebagai ekonomi terbesar di dunia, ketika mereka berkonflik, tentu riaknya dirasakan oleh negara lain seperti Indonesia yang menyebabkan terjadinya aliran dana asing keluar dari pasar modal,” ujar Rudiyanto.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Sentimen Luar Negeri dan Dalam Negeri
Dari sisi perpajakan, ada kemungkinan Joe Biden akan menaikkan tarif pajak bagi korporasi dan perorangan kelas menengah atas. Secara pasar modal, Rudiyanto mengatakan, ketika tarif pajak, maka laba bersih turun. Ini menyebabkan harga saham secara valuasi terlihat menjadi mahal.
"Hal ini diharapkan membuat investor luar negeri mencari negara dengan valuasi saham yang lebih murah di emerging market termasuk Indonesia,” ujar dia.
Dari internal, menurut Rudiyanto, kebijakan yang diambil pemerintah dengan pembatasan kegiatan seiring kenaikan kasus harian COVID-19, memberi dampak cukup signifikan pada kinerja perusahaan. Sebab dengan terbatasnya waktu usaha, pendapatan perusahaan juga akan berkurang. Selain itu, tidak semua bisnis mampu melakukan kegiatan usahanya secara digital.
Namun, Rudiyanto mengatakan, dampak pembatasan kegiatan ini hanya bersifat terbatas, mengingat aturannya lebih longgar dibandingkan pembatasan ketat pada April–Mei 2020. Saat itu, masih ada sejumlah sektor yang diperbolehkan buka meski dengan pembatasan jam operasional.
Advertisement
Selanjutnya
Selain itu, suku bunga acuan yang saat ini di level 3,75 persen juga menjadi pemicu dana pindah dari perbankan ke pasar modal.
Sebab hasil perbankan yang semakin kecil menyebabkan kebutuhan atau simulasi yang dibuat perusahaan mungkin saja tidak terpenuhi sehingga untuk mencapai target return, mereka mencari instrumen lain. Bisa melalui saham, obligasi, atau reksa dana.
Faktor internal lainnya, euforia investor lokal. Pembukaan rekening saham pada 2020 mencapai rekor dan masih terus berlanjut hingga 2021. Euforia investor lokal ini selanjutnya juga akan menjadi penahan jika terjadi IHSG tertekan
"Jika sebelumnya transaksi saham didominasi investor asing, saat ini transaksi saham sudah didominasi investor lokal dengan rasio 70–80 persen," ujar Rudiyanto.