YLKI: Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air Jadi Kado Terburuk di Awal 2021

YLKI mengungkapkan duka cita mendalam atas kecelakaan yang menimpa pesawat Sriwijaya Air SJ182

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 10 Jan 2021, 12:45 WIB
Rencananya, 188 turis Malaysia akan didaratkan di Bandara International Hanandjoedin, Belitung dengan maskapai Sriwijaya Air.

Liputan6.com, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengungkapkan duka cita mendalam atas kecelakaan yang menimpa pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di sekitar Kepulauan Seribu, dengan total penumpang 62 orang.

"Kita berharap dengan sangat seluruh penumpang bisa ditemukan, dan semoga masih ada yang selamat. Kecelakaan ini merupakan kado terburuk di sektor transportasi udara, di awal tahun 2021," kata Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi, Minggu (10/1/2021).

Terhadap kecelakaan ini, Tulus melanjutkan, YLKI meminta kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk mengusut tuntas penyebab kecelakaan dari hilir hingga hulu.

Di sisi lain, YLKI juga meminta Kemenhub untuk meningkatkan pengawasan yang lebih ketat kepada semua maskapai udara. Hal tersebut guna menjamin aspek keselamatan penerbangan secara keseluruhan, dan khususnya perlindungan konsumen jasa penerbangan.

Tulus menilai, pada konteks Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, kecelakaan ini merupakan bentuk pelanggaran terberat pemenuhan hak-hak konsumen jasa penerbangan.

"Sebagai penumpang pesawat, konsumen mempunyai hak atas keselamatan, keamanan dan kenyamanan selama menggunakan jasa penerbangan," ujar dia.

Dia pun meminta managemen maskapai Sriwijaya Air dan juga Kemenhub untuk menjamin secara penuh hak-hak keperdataan konsumen yang menjadi korban kecelakaan tersebut, baik secara materiil maupun immateriil.

"Sebagaimana dijamin dalam UU Perlindungan Konsumen, sebagai penumpang, konsumen mempunyai hak atas kompensasi dan ganti rugi saat menggunakan produk barang dan atau jasa, dalam hal ini jasa penerbangan," pungkasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Sriwijaya Air SJ 182: TNI AL Temukan Sinyal di 2 Titik, Basarnas Harap Satunya Black Box

Suasana saat tim SAR mengevakuasi bagian tubuh penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakartra, Minggu (10/1/2021). Sriwijaya Air SJ 182 hilang kontak empat menit usai lepas landas dari Bandara Soetta. (merdeka.com/Arie Basuki)

Kepala Basarnas Marsda Bagus Puruhito menyatakan tim SAR menemukan adanya sinyal di dua titik diduga berkaitan dengan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu.

Bagus mengungkapkan hal itu usai berbincang dengan Kepala Dinas Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Kadis Hidros).

Bagus berharap, salah satu dari dua titik tersebut merupakan kotak hitam atau black box Sriwijaya Air yang memancarkan sinyal.

"Dan juga tadi kami ngobrol dengan Kadis hidros, ditemukan adanya sinyal kontak di dua titik. Kita mengharapkan itu black box," ujar Bagus seperti disiarkan dalam televisi swasta, Minggu (10/1/2021).

Bagus menyatakan pihaknya akan mendalami lebih jauh temuan dua titik yang memancarkan sinyal tersebut.

"Nanti kita dalami. Saya belum berani memastikan itu black box, kami berharap itu black box. Karena dua benda itu memancarkan sinyal emergency," kata dia soal pencarian Sriwijaya Air.

Tim penyelam menemukan beberapa benda diduga milik pesawat Sriwijaya Air SJ 182. Tim penyelam menemukannya di bawah perairan Kepulauan Seribu.

TV One menyiarkan, tim Komando Pasukan Katak (Kopaska) menemukan sejumlah serpihan badan pesawat yang memiliki warna khas Sriwijaya Air dan juga velg roda pesawat.

Velg roda pesawat tersebut sudah tidak utuh.

Kepala Basarnas Marsda Bagus Puruhito mengatakan tim SAR telah menemukan beberapa serpihan diduga milik Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di kedalaman 23 meter.

"Di kedalaman 23 meter tim menemukan barang-barang," kata Bagus, di atas KRI John Lei, seperti ditayangkan TV One, Minggu (10/1/2021).

Bagus mengatakan, fokus pencarian tim SAR hari ini adalah menemukan para korban dan kotak hitam atau black box.

"Pertama tentunya mencari korban, mencari posisi black box dan tentunya eviden lainnya dari pesawat, tapi yang utama mencari korban," kata dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya