Rupiah Berpotensi Tertekan Imbas Ekspektasi Pemulihan Ekonomi AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (Dolar AS) berpotensi melemah pada perdagangan awal pekan ini.

oleh Tira Santia diperbarui 11 Jan 2021, 11:48 WIB
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (Dolar AS) berpotensi melemah pada perdagangan awal pekan ini. Rupiah diprediksi tertekan seiring ekspektasi pemulihan ekonomi Amerika Serikat.

Mengutip Bloomberg, Senin (11/1/2021), rupiah dibuka di di angka 14.020 per dolar AS, tak bergerak jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.020 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.020 per dolar AS hingga 13.109 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 0,42 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.155 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.058 per dolar AS.

"Sentimen penguatan dolar AS masih tinggi pagi ini karena tingkat imbal obligasi AS yang masih meninggi di perdagangan hari Jumat kemarin," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Senin (11/1/2021).

Imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun tutup di kisaran 1,12 persen, sebelumnya di 1,08 persen.

Menurut Ariston, sentimen tersebut sudah mendorong pelemahan nilai tukar negara berkembang pagi ini.

"Sentimen ini mungkin menjadi pendorong utama penekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini," ujar Ariston.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Prediksi Rupiah

Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

Ariston menambahkan kenaikan imbal hasil obligasi tersebut kemungkinan karena indikasi pemulihan ekonomi AS.

"Bank Sentral AS dalam notula rapatnya Kamis pekan lalu juga menyampaikan pandangan yang lebih optimis terkait pemulihan ekonomi AS ini," katanya.

Ariston memperkirakan pada akhir tahun rupiah bergerak di kisaran Rp13.950 per dolar AS hingga Rp14.100 per dolar AS.

Pada Jumat (8/1) lalu, rupiah ditutup melemah 110 poin atau 0,79 persen ke posisi Rp14.020 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp13.910 per dolar AS.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya