Bursa Saham China Tergelincir Imbas Kasus Baru COVID-19

Mengawali pekan ini, bursa saham China koreksi dan memperpanjang kerugian untuk hari kedua berturut-turut.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Jan 2021, 18:12 WIB
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Ada kekhawatiran atas ketegangan China-Amerika Serikat (AS) dan lonjakan kasus baru COVID-19 domestik menekan bursa saham China pada perdagangan Senin, (11/1/2021). Tekanan bursa saham China memperpanjang kerugian untuk hari kedua berturut-turut.

Indeks saham Shanghai melemah 1,08 persen ke posisi 3.531,50. Indeks saham Shenzhen merosot 1,33 persen ke posisi 15.115,38. Nilai transaksi gabungan saham-saham yang mencakup kedua indeks utama China mencapai 1,21 triliun yuan atau sekitar USD 186,88 miliar, naik dari 1,13 triliun yuan atau sekitar USD 176,63 miliar pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Saham-saham di sektor kendaraan swakemudi dan semikonduktor memimpin kenaikan, sedangkan terkait dengan akuakultur, produksi minuman, dan batu bara memimpin penurunan. Demikian dilansir dari Antara, Senin (11/1/2021).

Kementerian Perdagangan China pada Sabtu, 9 Januari 2021 menerbitkan aturan baru untuk melawan undang-undang yang “tidak dapat dibenarkan” dan pembatasan yang diberlakukan oleh negara asing terhadap perusahaan-perusahaan dan warga China, saat hubungan ekonomi antara Beijing dan Washington memburuk.

China alami kenaikan harian terbesar kasus COVID-19 dalam lebih dari lima bulan juga menambah beban bursa saham.

Sementara itu, indeks ChiNext yang melacak saham-saham perusahaan sedang berkembang atau perusahaan rintisan di papan bergaya Nasdaq China, merosot 1,84 persen ke posisi 3.092,86.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Pembukaan Bursa Saham Asia

Seorang wanita berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Akibat peluncuran rudal Korea Utara yang mendarat di perairan Pasifik saham Asia menglami penurunan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya, Bursa saham Asia Pasifik bergerak variasi pada awal pekan ini seiring investor saham di Asia Pasifik menunggu rilis data inflasi China pada Desember.

Pada perdagangan Senin pagi, indeks saham Australia melemah. Akan tetapi, sejumlah saham menguat seperti saham energi dengan Santos menguat 2,36 persen dan saham Beach Energy naik 1,83 persen. 

Indeks saham Korea Selatan Kospi melonjak 2,5 persen pada awal perdagangan. Pada minggu pertama perdagangan saham, indeks saham Kospi sudah naik hampir 10 persen.

Indeks saham MSCI Asia Pacifik di luar Jepang menguat 0,22 persen. Sementara itu, bursa saham Jepang tutup libur pada awal pekan ini karena ada libur nasional Seijin no hi.

Investor juga akan terus memantau perkembangan kasus COVID-19, dan hal tersebut dapat membebani laju bursa saham Asia. Demikian dilansir dari CNBC, Senin, 11 Januari 2021.

Di Asia, lonjakan kasus COVID-19 telah mendorong pemerintah Jepang untuk menempatkan banyak daerah di negara itu termasuk Tokyo dalam keadaan darurat. Di Amerika Serikat (AS), rata-rata hampir 3.000 orang meninggal setiap hari karena COVID-19.

Di sisi lain, indeks dolar AS berada di posisi 90,29 setelah naik baru-baru ini dari level di bawah 89,4. Yen Jepang diperdagangkan ke posisi 104,05 per dolar AS.

Harga minyak bervariasi dengan harga minyak Brent turun menjadi USD 55,94 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka AS naik 0,17 persen menjadi USD 52,33 per barel.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya