Sudah Banting Harga Tiket, Maskapai Diprediksi Tetap Sulit Bangkit

Berbagai maskapai penerbangan nasional memberikan potongan harga bagi rute penerbangan

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Jan 2021, 20:30 WIB
Ilustrasi tiket pesawat (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Berbagai maskapai penerbangan nasional memberikan potongan harga tiket bagi rute penerbangan. Bahkan beberapa maskapai penerbangan menawarkan harga tiket Jakarta-Bali mulai dari Rp 450.000.

Ekonom INDEF, Enny Sri Hartati menilai, penurunan harga tiket ini sebagai daya tarik masyarakat untuk melakukan penerbangan. Pasalnya, selama pandemi Covid-19 industri penerbangan mengalami penurunan lebih dari 50 persen.

Maka, momentum libur natal dan tahun baru menjadi pemancing sektor penerbangan untuk kembali bergeliat.

"Kemarin ini sudah mulai bergeliat, seperti libur natal dan tahun baru, ada peningkatan volume penumpang pesawat," kata Enny saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Senin (11/1/2021).

Sayangnya, usai masa libur natal dan tahun baru, terjadi peningkatan kasus baru terkonfirmasi Covid-19. Akibatnya pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali.

Kebijakan ini kata Enny justru membuat industri penerbangan kembali terpuruk. Sebab pembatasan Jawa-Bali seperti memberlakukan pembatasan aktivitas secara nasional.

"Penerbangan ini kan up (tinggi)-nya untuk rute Jawa-Bali. Kalau dari sisi transportasi udara ini seperti PSBB untuk nasional," kata Enny.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kurang Efektif

Pesawat maskapai Garuda Indonesia terparkir di areal Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (16/5/2019). Pemerintah akhirnya menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat atau angkutan udara sebesar 12-16 persen yang berlaku mulai Kamis hari ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Maka, tak heran industri penerbangan memberikan insentif tiket pesawat pada rute- rute jarak pendek. Harapannya, masyarakat tetap memilih transportasi udara dalam menjalankan aktivitas ke luar kota.

Sayangnya, menurut Enny, strategi ini kurang efektif. Sebab penyebaran virus corona masih menjadi ancaman. Sementara murahnya harga tiket ini belum bisa mengkompensasi ancaman paparan Covid-19.

"Ini sebagai vote getter, tapi kalau kurvanya kaya sekarang ini enggak bisa mengkompensasi minat orang bepergian," kata dia.

Apalagi kata Enny, peningkatan kasus di transportasi udara yang cukup besar. Namun risiko kesehatan nyatanya lebih tinggi daripada insentif yang ditawarkan.

"Ini tidak akan mampu dan bisa mengkonpensasi minat masyarakat," kata dia mengakhiri.

Anisyah Al Faqir

Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya