Dugaan Penyebab Longsor di Sumedang dari Pemetaan Tim Teknik Geologi Unpad

Tim Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (FTG Unpad) melakukan survei geologi di kawasan bencana longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Senin (11/1/2021).

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 13 Jan 2021, 00:00 WIB
Peristiwa longsor terjadi di Dusun Bojong Kondang, RT 03 RW 10, Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Sabtu (9/1/2021) sore. (Foto: Dok. BPBD Sumedang)

Liputan6.com, Bandung - Tim Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (FTG Unpad) melakukan survei geologi di kawasan bencana longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Senin (11/1/2021). Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan, ditemukan bahwa wilayah yang terjadi longsor tersebut memiliki kontur lahan yang curam.

"Tadinya wilayah ini bekas tambang batu dan tanah urukan, lalu kemudian diratakan dan dijadikan perumahan," tutur Dicky dalam keterangannya di laman Unpad yang dikutip Selasa (12/1/2021).

Dicky memaparkan, secara geologi, struktur tanah dan batuan di wilayah Perumahan SBG Desa Cihanjuang termasuk ke dalam bagian batuan vulkanik Qyu. Dalam Peta Geologi yang diterbitkan Badan Geologi Kementerian ESDM, batuan vulkanik Qyu merupakan produk batuan vulkanik muda yang belum bisa dipisahkan, sehingga masih bercampur antara lapisan keras dengan yang halus.

Karena termasuk batuan vulkanik muda, lanjut dia, lapisan tanah dan batuan ini cukup rentan. Kerentanan ini sudah terlihat sebelumnya di beberapa titik.

Dicky menjelaskan, batas bagian tenggara perumahan tersebut berhadapan dengan tebing yang dibatasi dengan saluran air. Diduga, ketika hujan besar tiba saluran air ini terjadi peresapan atau infiltrasi, sehingga membentuk bidang gelincir yang memungkinkan terjadinya longsor.

Selain itu, sejumlah rumah yang berbatasan dengan tebing tersebut juga terlihat ada yang retak. "Hal ini sudah mengindikasikan bahwa wilayah itu berpotensi terjadi pergeseran tanah yang akan memicu terjadinya longsor," kata Dicky.

Hal ini diperparah dengan adanya proyek permukiman baru yang dibangun di atas tebing bagian utara dan tenggara perumahan SBG. Adanya aktivitas lalu lintas alat berat di tebing tersebut turut menjadikan potensi longsor semakin besar.

"Secara geoteknik aktivitas tersebut melemahkan ikatan butir tanah di situ, sehingga berpotensi longsor. Apalagi memang sebelumnya wilayah longsor tersebut merupakan sengkedan yang ditanami pohon, kemudian ditebang dan di bagian bawahnya dijadikan perumahan," ujar Dicky.

Lebih lanjut, Dicky menjelaskan, di wilayah utara dari perumahan SBG ada bekas galian tambang yang dibangun menjadi kawasan perumahan. Berdasarkan penuturan warga sekitar, di lokasi tersebut ada air terjun. Secara geologi, keberadaan air terjun tersebut menandakan adanya sesar atau patahan di wilayah tersebut.

"Sehingga kalau ada hujan besar, gempa, akan ada pembebanan berlebih yang kemungkinan akan terjadi longsor," kata dia.

Dilihat dari jenis tanah dan retakannya ditambah dengan curah hujan yang tinggi, Dicky khawatir akan terjadi longsor susulan di daerah tersebut. Ini terlihat dari masih adanya pergerakan tanah di sekitar mahkota longsor.

Selain itu, ditambah dengan adanya kemungkinan terjadi infiltrasi di saluran air yang berada pada sisi utara perumahan.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini


Perketat Izin Pembangunan

Tim SAR gabungan mencari korban longsor di wilayah Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (9/1/2021). (Foto: Dok Basarnas)

Dicky meminta warga maupun pemerintah daerah waspada terhadap kemungkinan bencana susulan yang akan terjadi di kawasan tersebut. Retakan-retakan yang terjadi pada beberapa tebing harus diwaspadai.

Ada beberapa mitigasi jangka panjang yang bisa dilakukan. Dicky menjelaskan, pengetatan izin pembangunan di kawasan tersebut perlu dilakukan. Selain itu, penanaman pohon keras pada tebing yang berpotensi longsor perlu dilakukan sebagai bentuk pencegahan.

Sementara itu, anggota tim survei lainnya Irvan Sophian menyampaikan, kegiatan survei tinjau ini diharapkan dapat memberikan gambaran detail, sehingga nantinya dapat dijadikan rekomendasi atau referensi dalam penentuan mitigasi selanjutnya.

"Kegiatan ini merupakan bagian dari riset FTG Unpad di daerah longsor dan sekitarnya, sehingga ke.depannya hasil riset diharapkan dapat bermanfaat langsung bagi masyarakat," kata Irvan.

Survei yang dilakukan FTG untuk menganalisis struktur geologi di kawasan permukiman tersebut. Pemetaan dilakukan Pusat Riset Kebencanaan Unpad, Ikatan Ahli Geologi Indonesia, serta sejumlah alumni FTG Unpad.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya