Lebanon Darurat COVID-19, Tenaga Medis Kecam Pelanggar Protokol Kesehatan

Tenaga medis di Lebanon menyebut kondisi darurat COVID-19 di negaranya mirip ketika ada ledakan Beirut.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 12 Jan 2021, 19:40 WIB
Sebuah kapal besar yang terbakar setelah ledakan besar di pelabuhan Kota Beirut, Lebanon (5/8/2020). Kapal besar tersebut terangkat ke daratan setelah dua ledakan besar menghantam Beirut pada Selasa (4/8/2020) lalu. (AFP Photo)

Liputan6.com, Beirut - Sistem kesehatan di Lebanon tidak lagi kuat menampung pasien akibat pandemi COVID-19. Tenaga medis bercerita dalam sebuah postingan yang kemudian menjadi viral. Mereka menyebut, kondisi ini mirip ketika ada ledakan Beirut.

"Mirip seperti apa yang terjadi usai ledakan di pelabuhan Beirut pada 4 Agustus. Namun, dengan pandemi ini, seakan-akan kita tetap hidup pada tragedi 4 Agustus," ujarnya  di Facebook, seperti dikutip Arab News, Selasa (12/1/2021).

Tenaga medis itu juga geram pada pelanggar protokol kesehatan. Orang-orang tersebut diajak datang sendiri ke rumah sakit.

"Mereka yang masih melanggaran kebijakan preventif dan kehati-hatian agar datang ke rumah sakit dan melihat tragedi yang mereka sebabkan," ujarnya.

Petugas medis itu mengaku telah kesulitan menangani pasien karena kapasitas rumah sakit penuh. Kasur di rumah sakit sudah tidak tersedia dan dokter harus memeriksa pasien di dalam mobil.

Pemerintah Lebanon telah menerapkan lockdown sejak 7 Januari 2021. Jam malam juga diberlakukan hingga 25 Januari mendatang.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Dokter Kelelahan

Sebuah jalan utama yang hampir sepi dengan gedung kotamadya (kanan) yang terlihat di pusat Beirut setelah lockdown penuh selama tiga minggu di Lebanon, Minggu (10/1/2021). Lockdown COVID-19 ini merupakan yang ketiga kalinya di Lebanon sejak pandemi corona tahun 2020. (ANWAR AMRO/AFP)

Petugas medis yang viral itu memohon kepada masyarakat agar ikuti protokol, sebab tenaga medis mulai kelelahan. Dokter yang pensiun berpotensi harus bekerja lagi.

Berkurangnya ruang ICU juga membuat dokter khawatir bila harus "memilih" siapa yang dapat dirawat.

"Jadi tolong jangan keluar rumah," ujarnya.

Dr. Firass Abiad, direktur Rafic Hariri University Hospital (RHUH) memperkirakan ada 30 ribu kasus di Lebanon antara 3 Januari hingga 10 Januari. Sebanyak 120 meninggal dunia.

Berdasarkan data Johns Hopkins University, kasus COVID-19 di Lebanon telah mencapai 222 ribu.


COVID-19 Bukan Kebohongan

Gambar pada 10 Januari 2021 menunjukkan jalan utama yang kosong setelah lockdown penuh selama tiga minggu di Lebanon. Keputusan lockdown tersebut diambil setelah Pemerintah Lebanon merasa khawatir akan terjadi lonjakan pasien di seluruh rumah sakit akibat corona COVID-19. (ANWAR AMRO/AFP)

Pemerintah Lebanon memberikan kelonggaran kepada bisnis-bisnis tertentu agar tetap aktif di saat lockdown.

Tentara Lebanon ikut terlibat menegakan aturan selama jam malam hingga 25 Januari 2021.

(Plt.) Perdana Menteir Lebanon Hassan Diab berkata negaranya sudah mencapai tahap bahaya yang ekstrem.

Diab berkata orang-orang yang keras kepala dan tak patuh protokol kesehatan membuat situasi menjadi hilang kendali.

"Beberapa orang di Lebanon berpikir bahwa COVID-19 itu adalah suatu kebohongan. Kita menghadapi situasi kesehatan yang mengerikan," ujarnya.


Infografis COVID-19:

Infografis 6 Cara Hindari Covid-19 Saat Bepergian dengan Pesawat. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya